Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam-konsultan reumatologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr RM Suryo Anggoro KW, SpPD-KR, mengatakan kondisi remisi pada Lupus belum tentu sama dengan berhenti berobat.

"Ketika sudah remisi itu, bukan berarti obatnya stop. Akan perlu dipertahankan sampai jangka waktu tertentu yang remisinya terus-menerus, barulah dosisnya bisa kita turunkan atau mungkin suatu saat bisa dihentikan," kata Suryo dalam seminar RSCM terkait Lupus yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Suryo mengatakan remisi atau satu titik di mana kondisi gejala penyakit Lupus terlihat minimal. Kondisi itu bisa dicapai tanpa perlu menunggu pengobatan dilakukan sampai kurun waktu tertentu.

Baca juga: Ketahui tentang fakta dan makna Hari Lupus Sedunia 2024

Walaupun umumnya para dokter memiliki target remisi Lupus dapat tercapai sebisa mungkin pada bulan keenam pengobatan, terutama pada penyintas Lupus yang mengalami gejala ginjal.

Tapi seiring waktu konsultasi, dokter bisa menetapkan kondisi remisi itu lebih cepat, bergantung pada perhitungan terhadap kondisi pasien.

"Sehingga, ketika dokter mengatakan Lupusnya sudah mencapai remisi. Bukan berarti pengobatannya dihentikan," kata Suryo.

Baca juga: Alasan anak perempuan lebih berisiko terkena lupus dibanding laki-laki

Suryo berharap pasien penyintas Lupus tetap menjaga kondisi tubuhnya agar gejala penyakitnya tidak muncul kembali, dan meneruskan masa pengobatan dengan berkonsultasi ke dokter.

"Tentu kalau ada keluhan, berobat ke dokter umum dulu begitu ya. Nanti mereka yang akan menentukan itu (pengobatannya) ke arah penyakit tertentu atau tidak, atau pasien dirujuk ke faskes berikutnya," kata Suryo.

Mengutip dari web Kementerian Kesehatan, Lupus adalah penyakit peradangan kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuhnya sendiri.

Baca juga: Gejala lupus pada anak lebih gawat dari orang dewasa

Beberapa gejala umum Lupus yang sering terjadi pada pasien meliputi:

1. Ruam kulit: Ruam kulit khas Lupus berbentuk seperti sayap kupu-kupu di pipi dan batang hidung, yang dikenal sebagai "butterfly rash" atau "malar rash". Namun, tidak semua penderita Lupus mengalami ruam ini.
 
2. Kelelahan berat: Kelelahan yang berlebihan dan sulit diatasi merupakan gejala yang sering terjadi pada Lupus, yang dapat memengaruhi kualitas hidup penderita.
 
3. Nyeri dan pembengkakan sendi: Penderita lupus sering mengalami nyeri dan pembengkakan pada sendi, terutama di tangan dan kaki. Gejala ini dapat membatasi gerakan dan membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit.
 
4. Gangguan pada organ tubuh lainnya: Lupus juga dapat memengaruhi organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru, dan otak, menyebabkan gejala yang berbeda-beda tergantung pada organ yang terkena.

Pengobatan lupus dilakukan untuk mengendalikan peradangan, meringankan gejala, dan mencegah kerusakan organ. 

Baca juga: 11 Pertanyaan ini dapat deteksi potensi lupus pada anak

Baca juga: Penyakit autoimun tak mungkin dicegah tapi ada cara kurangi risiko

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024