Kalau tidak mau dihujat ya tidak usah berbicara, tidak usah melakukan tindakan dan tidak usah menjadi apa-apa."
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka rahasianya selama sembilan tahun memimpin negara, sehingga tahan banting terhadap serangan, kritikan, kecaman dan celaan yang diterimanya.

Presiden Yudhoyono mengungkapkan hal itu saat memberikan sambutan pada HUT ke 76 LKBN Antara di Jakarta, Rabu, menanggapi keingintahuan Direktur Pemberitaan LKBN Antara Akhmad Khusaeni mengenai resep Presiden menghadapi berbagai kritikan, kecaman dan cemoohan.

"Ada falsafah tidak akan menyepak anjing mati, jadi kalau disepak berarti saya masih hidup. Itulah yang mengontrol saya, hati saya, pikiran saya, my rational must control my emotion (pikiran rasional harus mengendalikan emosi). Omong kosong kalau di antara saudara diserang, dihantam terus tidak merasa, mesti adalah," kata Presiden disambut tepuk tangan para hadirin.

Presiden Yudhoyono dalam kesempatan itu datang bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono. Sementara tampak sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II juga turut hadir, di antaranya Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteir Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto serta Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Presiden yang sebelumnya juga pernah menghadiri HUT Antara pada 2006 mengatakan, dirinya menyadari dalam iklim demokrasi sebagai seorang presiden, maka dirinya akan menjadi pusat segalanya, sehingga harus siap dengan segala hujatan, cemoohan maupun hinaan.

Presiden Yudhoyono sendiri memiliki akun di media sosial yang harus siap dengan konsekuensi untuk dihujat, dikecam, dipuji maupun didukung di dunia maya tersebut. Twitter SBY kini telah mendapatkan pengikut lebih dari empat juta.

Sebagai presiden tentu dirinya akan menetapkan kebijakan, berbicara dan melakukan tindakan yang tentunya mendapatkan tanggapan yang beragam dan tidak dapat menyenangkan semua orang.

Tindakan dan kebijakan yang dilakukannya pasti akan menuai dukungan maupun penolakan dan hal itu lumrah dalam iklim demokrasi.

"Kalau tidak mau dihujat ya tidak usah berbicara, tidak usah melakukan tindakan dan tidak usah menjadi apa-apa," kata Presiden.

Namun demikian, Presiden menegaskan fitnah merupakan hal yang tidak bisa ia lupakan. "Insyaallah saya tegar untuk persoalan itu (kecaman, hujatan, cemoohan), hanya permohonan saya sebagai seseorang, sebentar lagi juga kembali ke masyarakat janganlah kita berikan toleransi kalau itu berupa fitnah, karena fitnah itu lebih kejam dibandingkan pembunuhan," kata Presiden. (M041/T007)

Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013