Jika kedua negara bisa berkolaborasi, ini akan menjadi kekuatan baru dalam industri baterai mobil listrik
Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengajak investor dari Australia untuk berkolaborasi mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di kedua negara.
 
Dalam keterangannya di Jakarta, Senin, ia menyampaikan kolaborasi tersebut bisa dilakukan karena kedua negara sama-sama memiliki turunan komoditas nikel, yakni Indonesia memiliki kobalt dan mangan, sedangkan Australia memiliki litium.
 
"Saya yakin hubungan Indonesia dan Australia bisa dipererat lagi. Dalam konteks investasi, jujur kami katakan belum maksimal. Ini tugas kita bersama. Jika kedua negara bisa berkolaborasi, ini akan menjadi kekuatan baru dalam industri baterai mobil listrik,” ujar Bahlil.
 
Dirinya menyampaikan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia sudah sangat baik. Namun dari sisi investasi, potensi kerja sama antara kedua negara dinilai belum maksimal.
 
Hal itu terlihat dari realisasi investasi Australia di Indonesia dalam kurun 5 tahun terakhir (2019 – 2024) hanya sebesar 1,96 miliar dolar AS. Padahal menurut dia, Australia merupakan negara dekat dari sisi geografis dari Indonesia.
 
Lebih lanjut ia menyampaikan, saat ini fokus pemerintah ada pada peningkatan hilirisasi industri. Indonesia tak lagi mengekspor komoditas mentah di tiap sektor, upaya ini dilakukan guna mendapatkan nilai tambah dari pengolahan industri agar bisa meningkatkan devisa negara.
 
Salah satu hasil dari hilirisasi terlihat pada peningkatan pendapatan industri nikel, pihaknya mencatat tahun 2017 ekspor produk turunan nikel hanya sebesar 3,3 miliar dolar AS, namun pada tahun 2022 industri itu meningkat 10 kali lipat hingga mencapai 33,8 miliar dolar AS.
 
"Kami sudah memulai (hilirisasi), ibarat pesawat kami sudah take off. Tidak ada satu negara pun yang dapat memerintahkan kita untuk mundur. Kami akan jalan terus seiring berjalan waktu dan dinamika global,” ujar dia.
 
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM selama periode tahun 2023, Australia menempati peringkat ke-10 sebagai sumber penanaman modal asing (PMA) terbesar bagi Indonesia dengan realisasi investasi mencapai 0,5 miliar dolar AS.
 
Sedangkan pada periode triwulan I tahun 2024, Australia masih berada di peringkat ke-10 dengan realisasi investasi sebesar 172,3 juta dolar AS.
 
Adapun tiga sektor utama penyumbang realisasi investasi terbesar asal Australia yaitu pertambangan 65,4 persen, hotel dan restoran 7,6 persen, dan Jasa Lainnya 6,4 persen.

Baca juga: Kemenko Ekonomi ajak 150 pengusaha Turki tingkatkan investasi ke RI 
Baca juga: Indonesia-Kazakhstan berkomitmen rampungkan draf perjanjian investasi
Baca juga: Kemendag dorong produk pertanian Indonesia masuk pasar Australia

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024