Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan seluruh jajaran aparat penegak hukum untuk memberantas calo dan preman yang selama ini merugikan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). "Saya meminta aparat penegak hukum untuk memerangi calo, dan siapa saja yang memanfaatkan TKI untuk kepentingan dirinya sendiri," kata Presiden di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa, ketika meresmikan ruang tunggu bagi TKI yang akan berangkat ke luar negeri ataupun tiba di Tanah Air. Presiden, yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono, mengingatkan aparat penegak hukum bahwa calo dan preman harus diberantas, karena mereka telah membuat citra Indonesia menjadi buruk. Dalam kesempatan itu, Kepala Negara juga menginstruksikan seluruh aparat, terutama di daerah, agar tidak terjadi lagi pemalsuan dokumen bagi TKI yang akan berangkat ke negara lain. "Saya minta, aparat bekerja secara tertib, jangan sampai terjadi pemalsuan dokumen bagi TKI," kata Presiden. Dalam kesempatan itu Yudhoyono menanggapi laporan dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Erman Soeparno, tentang masih adanya barang TKI sebanyak 21 ton yang disimpan di gudang sejak 2001. "Saya minta, hal itu tidak terjadi lagi," kata Yudhoyono, yang juga mengungkapkan keheranannya atas kasus tersebut. Presiden kemudian mengungkapkan pengalaman pribadinya pada 1977, ketika koper salah seorang anggota keluarganya yang bekerja di luar negeri sebagai TKI tertinggal di Bandara Halim Perdana Kusuma. Ia menuturkan, dirinya yang saat itu berpangkat letnan satu kemudian datang untuk mengurus koper tersebut dengan berseragam militer. "Saya minta, pelayanan terhadap tentara, polisi, ataupun sipil harus sama," katanya. Pada awal sambutannya, Kepala Negara mengatakan, para TKI itu merupakan Pahlawan Devisa yang harus dilindungi oleh pemerintah, sehingga pemerintah berkewajiban melindungi mereka. Presiden juga menyebutkan, sebelum berangkat ke luar negeri, mereka harus dibekali keterampilan dan pengetahuan bahasa negeri tujuannya. "TKI harus disiapkan secara baik untuk meningkatkan kualitas mereka, sehingga dapat bekerja di luar negeri," demikian Presiden Yudhoyono. Ruang tunggu bagi TKI di Bandara Soekarno-Hatta seluas 1.400 meter persegi, dan setiap hari rata-rata menjadi lokasi kehadirang 800 hingga 1.000 TKI. Di ruang tunggu tersebut disiapkan fasilitas informasi tentang penerbangan lanjutan, ruang menyusui, dan kantin. Bagi TKI yang akan pulang kampung menggunakan bus, PT Angkasa Pura menyiapkan fasilitas tersebut, sehingga mereka bisa pulang secara tenang tanpa diganggu oleh calo atau pun preman. Selain di Bandara Soekarno Hatta, ruang tunggu bagi TKI itu juga dibangun di Bandara Juanda Surabaya, Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, serta Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006