Naypyitaw (ANTARA News) - Senyum bangga terlihat jelas saat Triyaningsih menyentuh garis finis pada lintasan lari SEA Games 2013 di Wunna Theikdi Sport Stadium, Naypytaw, Myanmar, Kamis.

Sujud syukur pun langsung dilakukan. Apa yang dilakukan atlet asal kelahiran Semarang memang bukan tanpa alasan. Emas yang diraih dari nomor 10.000 meter ini adalah yang pertama.

Sebelumnya atlet kelahiran 15 Mei 1987 ini hanya mampu meraih medali perak pada nomor 5.000 meter. Padahal Triyaningsih datang dengan status juara bertahan.

Yang cukup menjadi perhatian adalah lawan Triyaningsih pada dua nomor yang diikuti adalah atlet yang sama asal tuan rumah Myanmar yaitu Phyu War Thiet. Atlet ini adalah perebut emas dinomor 5.000 meter.

"Saya sangat bersyukur dengan raihan medali ini. Akhirnya saya mampu mempertahankan emas," kata Triyaningsih usai perlombaan.

Untuk meraih medali emas ini, Triyaningsih banyak melakukan hal- hal yang selama ini jarang dilakukan sebelumnya. Salah satunya merelakan posisi depan diisi oleh lawan-lawannya. Seperti yang terjadi pada putaran 16 dari 25 yang harus ditempuh.

Saat itu Triyaningsih memberikan kesempatan atlet tuan rumah memimpin. Namun, atlet dari klub Lokomotiv itu terus menempel untuk menjaga jarak dengan atlet yang di depan.

"Memang saya sengaja mengalah. Ini adalah bagian dari strategi. Saya terus sabar mengikuti dia hingga putaran ke 24," kata juara bertahan nomor 10.000 meter ini.

Kejadian di luar dugaan terjadi diputaran terakhir. Triyaningsih melesat dengan kencang. Bahkan kecepatannya menyamai catatan waktu untuk nomor 800 meter dalam satu putaran.

Kondisi ini membuat kaget atlet tuan rumah yang sejak putaran ke-16 memimpin. Dengan langkah yang pasti akhirnya ratu lari jarak jauh di Indonesia itu mampu finis terdepan dengan catatan waktu 00.34.32,68.

Dengan meraih emas di SEA Games 2013 Myanmar, koleksi medali dari Triyaningsih bertambah menjadi delapan dari lima kali SEA Games yang diikuti. Emas paling banyak didapat di Palembang 2011 lalu dari nomor 5.000 m, 10.000 m dan maraton.

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013