Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan harus ada perhatian khusus untuk menangani bencana di Sumatera Barat.

"Sumatera Barat itu adalah provinsi yang paling tinggi risikonya di antara provinsi lain di Indonesia, karena di tahun 2023 saja, dari 5.400 kejadian bencana di Indonesia, 460-nya terjadi di Sumatera Barat. Untuk itu, memang harus ada perhatian khusus dalam penanganan bencana di Sumatera Barat," ujar Muhadjir di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Selasa.

Ia juga menyatakan dalam satu atau dua hari ke depan pihaknya akan meninjau lokasi bencana di Sumbar.

"Karena sekarang ini kan bersamaan ya, harus kita koordinasikan. Pertama kemarin tanah longsor di Pesisir Selatan dan belum selesai kita bicarakan, baru kita sediakan solusi, disusul dengan banjir bandang pertama yang korbannya relatif tidak diikuti, dan sekarang ini banjir bandang ketiga yang sangat mematikan," katanya.

Ia menyebutkan, kondisi banjir bandang kali ini jauh lebih parah dibandingkan sebelum-sebelumnya karena memakan korban cukup banyak.

Muhadjir juga menyampaikan, bencana yang terjadi di Sumbar sangat beragam, mulai dari erupsi, hidrometeorologi, hingga bencana-bencana lain yang terus melanda provinsi tersebut.

"Kalau yang banjir bandang di Padang Panjang itu kan kemarin hanya sekitar 13-20 meter, sekarang ini sangat tinggi," ucapnya.

Ia mengemukakan, saat ini Kemenko PMK terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mencari solusi permanen dalam mengatasi lahar dingin akibat letusan Gunung Marapi hingga banjir bandang di Sumbar.

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa mencari solusi yang permanen, utamanya bagaimana mengatasi lahar dingin dari Gunung Marapi, itu yang utama. Memang sudah bisa dipastikan sebetulnya kalau habis erupsi, kemudian ada banjir, itu pasti nanti akan diikuti, yang itu yang kemarin mungkin agak lengah kita, dan ini menjadi pelajaran yang sangat berharga walaupun sangat menyakitkan," paparnya.

Meski belum meninjau langsung ke lapangan, ia menegaskan bahwa penanganan sudah dilakukan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan SAR Nasional, dan tentunya berkoordinasi dengan Gubernur Sumbar.

"Nanti saya akan segera datang ke sana untuk mencari solusi permanennya seperti apa, karena kita tidak ingin terjadi berulang-ulang, dan saya sudah meminta kepada Pak Kepala BNPB untuk sementara fokus di Sumatera Barat, yang lain akan kita selesaikan lah," tuturnya.

Sebagai informasi, sedikitnya 52 orang tewas dan 17 lainnya hilang usai banjir lahar dingin menghancurkan rumah, gedung, dan fasilitas umum di Provinsi Sumatra Barat.

Pencarian orang hilang dilanjutkan pada Selasa karena beberapa alat berat telah ditambahkan ke lokasi kejadian untuk membantu operasi, kata Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat Ilham Wahab.

"Jumlah jasad yang telah ditemukan saat ini ada 52 orang, dan jumlah yang masih hilang sebanyak 17 orang. Angka ini akan terus berubah karena orang-orang terus melaporkan tentang anggota keluarga mereka yang hilang," ujarnya.

Baca juga: PUPR mengerahkan alat berat tangani banjir lahar dingin di Sumbar

Baca juga: Jumlah korban tewas akibat banjir lahar di Sumbar tembus 52 orang

Baca juga: Meski masih rusak jalan lintas Padang-Solok Selatan sudah bisa dilalui

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024