Jakarta (ANTARA News) - Ketua Badan Pertimbangan Organisasi, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (BPO-HKTI) Siswono Yudo Husodo, mensinyalir akan dibukanya kembali impor beras oleh pemerintah, karena adanya komisi yang bernilai besar. "Banyak negara tidak meginginkan negara kita berswasembada beras. Negara Thailand, Vietnam selalu melobi Indonesia untuk mengimpor beras dengan imbalan komisi yang tidak kecil," katanya, disela-sela acara Penyambutan dan Pengenalan Mahasiswa Baru Universitas Pancasila, Jakarta, Selasa. Mantan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) di era Presiden Soeharto itu mengemukakan hal tersebut untuk menanggapi kebijakan Pemerintah RI akan membuka kembali impor beras, karena cadangan beras di Badan Urusan Logistik (Bulog) sekira 532.000 ton, sedangkan stoknya yang aman sebanyak satu juta ton. Menurut dia, untuk mengimpor beras bukan hanya dilihat dari stok di Bulog saja yang kurang, tapi juga dilihat stok di pedagang, rumah tangga, pedagang grosir besar, dan baru stok di Bulog. "Kita harus melihat semuanya, terutama stok beras di rumah tangga, bukan hanya di Bulog saja," katanya. Ia mengaemukakan, lobi yang dilakukan oleh jaringan perdagangan beras internasional sangat luar biasa dengan memberikan komisi bernilai besar bagi Indonesia, dan jika pemerintah melakukan impor beras, maka merupakan pemerintahan yang "mudah dibeli". Calon Wakil Presiden pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2004, yang berpasangan dengan Calon Presiden M. Amien Rais, tersebut mengungkapkan, bukan hanya Thailand dan Vietnam saja yang menginginkan Indonesia mengimpor bahan pangan, terutama beras. Oleh karena, aktivis mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) era 1960-an itu menegaskan, Amerika Serikat (AS) pun tetap menginginkan Indonesia mengimpor kedelai senilai 45 persen dari kebutuhan nasional, dan Australia juga tetap mengiginkan Indonesia mengimpor sapi. "Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono harus segera membangun kemandirian bangsa dengan meningkatkan produksi beras bukan dengan jalan pintas mengimpor beras, yang banyak merugikan petani," demikian Siswono. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006