Ternate (ANTARA) - BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate mengimbau seluruh warga Maluku Utara (Malut), terutama yang bermukim di sekitar bantaran sungai untuk mewaspadai terjadinya banjir dan penurunan jarak pandang akibat cuaca buruk (ekstrem).

Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah BMKG Ternate Dewi Makhrantika Madiong di Ternate, Kamis, mengatakan peringatan dini cuaca ekstrem selama tiga hari periode 16-18 Mei 2024, di wilayah Malut terutama warga tinggal di bantaran sungai.

Selain itu, untuk mewaspadai adanya banjir di daerah dekat barangka (sungai mati/kali mati), genangan air di jalan raya, pohon tumbang, dan angin kencang.

Baca juga: 52 rumah dan fasilitas umum di Morotai rusak akibat cuaca ekstrem

Ia mengungkapkan pada pagi hari ini umumnya cerah berawan – berawan tebal dengan potensi hujan ringan hingga sedang di wilayah Morotai, Galela, Ibu, Kedi, Jailolo, Mangole, Hiri, Jailolo, Ternate, Obi, dan sekitarnya.

Sedangkan pada sore hari umumnya Breawan dengan potensi hujan ringan – lebat di wilayah Wasile, Bacan, Taliabu, Gane, Tobelo, Loloda, Maba, Buli dan sekitarnya.

Menurut dia, peringatan dini cuaca Malut berpotensi terjadi hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di Kabupaten Pulau Morotai, Morotai Jaya, Morotai Utara, Morotai Timur, Kota Ternate, terutama di Pulau Hiri dan sekitarnya.

Sementara itu, terkait dengan kondisi cuaca di Malut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Malut mengimbau kepada warga di Kota Ternate dan daerah lainnya di Malut, terutama yang bermukim di kawasan bantaran kali mati untuk selalu waspada terhadap banjir.

Kepala BPBD Malut, Febhy Alting mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD Kota Ternate untuk dapat melakukan langkah-langkah antisipasi bencana banjir akibat akibat tingginya curah hujan di wilayah Malut.

Baca juga: BMKG sebut Malut masih dilanda cuaca ekstrem

Baca juga: BMKG prediksi empat kabupaten di Malut alami cuaca buruk


Selain itu, pada musim penghujan, BPBD Malut mengimbau masyarakat yang tinggal di area aliran sungai yang berhulu di kawasan puncak Gunung Gamalama untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar

Bahkan, saat ini terus memantau perkembangan terkini aktivitas Gunung Gamalama melalui saluran terpercaya dan tidak terpengaruh dengan informasi yang menyesatkan

Masyarakat di sekitar Gunung Gamalama dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas dalam radius 1,5 km dari kawah utama di puncak Gunung Gamalama.

Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024