Kupang (ANTARA News) - Sabtu 21 Desember pukul 06.15 Wita, landasan pacu Bandara Turelelo di Soa, diduduki Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Ngada.

Aksi pendudukan tersebut membuat Kepala Bandara Turelelo Soa Ikhsan bingung karena anggota Satpol PP dengan sebuah kendaraan operasional sudah berada di tengah landasan pacu.

"Saya mencoba mendekati mereka (Satpol PP) untuk memberikan pengertian, namun sambutan mereka sangat tidak bersahabat," tutur Ikhsan menceritakan kejadian pada Sabtu pagi tersebut.

Dia mengemukakan aksi itu berlangsung sampai pukul 09.00 Wita namun satu pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) dengan nomor penerbangan MZ-6516 batal mendarat serta terpaksa kembali ke  Bandara El Tari Kupang.

Pesawat itu sempat 40 menitberada di atas Pulau Flores, namun akhirnya harus kembali mendarat di Bandara El Tari Kupang dengan membawa 54 orang penumpang.

Aparat kepolisian dari Polres Ngada bergerak menuju ke bandara, namun saat mereka tiba, Satpol PP sudah meninggalkan bandara menuju Kota Bajawa.

Bandara Turelelo Soa letaknya sekitar 30 kilometer dari Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) .

Para Satpol PP itu ternyata menjalankan perintah Bupati Marianus Sae menyusul sang bupati yang tidak mendapat tiket pesawat Merpati untuk kembali ke Bajawa pada hari itu dari Kupang.

Ikhsan mengakui bahwa rencana pemblokadean bandara tersebut sudah diketahuinya dari Bupati Marianus Sae pada Jumat (20/12) ketika upaya untuk mendapatkan tiket pesawat pulang ke Bajawa, tidak membuahkan hasil.

"Jumat bupati minta booking tiket pesawat Merpati, karena Sabtu pagi harus hadiri sidang di DPRD Ngada. Saya coba minta ke Merpati Kupang. Rupanya tetap tidak bisa bantu karena penumpang penuh," ujar Ikhsan.

Di tempat lain, Bupati Marianus Sae menjelaskan hal yang dia alami.

"Pada Sabtu (21/12), saya harus kembali ke Bajawa karena ada paripurna penetapan APBD di DPRD Ngada, setelah menerima DIPA tahun 2014 di Kupang pada Jumat (20/12). Kedua kegiatan ini sama pentingnya, sehingga saya harus hadir. Satu-satunya jalan, hanya dengan Merpati pada Sabtu pagi," ujarnya.

"Saya sampai mengemis minta bantuan agar Merpati dapat memahami keadaan ini, namun tidak digubris juga. Saya sama sekali tidak dihiraukan, malah dilempar kesana kemari. Saya sudah jelaskan bahwa saya ini bupati, namun tak ada yang peduli," ujarnya.

Bupati mengemukakan sarana dan prasarana dasar Bandara Turelelo Soa, mulai dari proses pembebasan lahan sampai perpanjangan landasan pacu, dibangun pada masa pemerintahannya.

"Tetapi pada saat kami membutuhkan layanan untuk kepentingan rakyat, kami tidak dihiraukan. Kami tidak bertanya berapa keuntungan mereka. Kami tidak pernah meminta tiket gratis dan itu haram untuk kami."

Menurut dia, sidang DPRD Ngada untuk memutuskan kebijakan pembangunan kabupaten ini setahun ke depan, termasuk bandara, namun pihak yang menikmati keuntungan dari kebijakan dan perjuangan ini tidak memiliki tanggung jawab sama sekali, bahkan sama sekali tidak peduli.

"Ini yang saya tidak setuju. Mereka harus memiliki tanggung jawab yang sama," kata Marianus.

Di lain pihak, anggota Komisi V DPR dari daerah pemilihan NTT Saleh Husin menilai langkah yang ditempuh Bupati Ngada Marianus Sae dengan menutup bandara tersebut adalah sebuah tindakan yang keliru, sekalipun tidak mendapatkan tiket.

"Menutup bandara bukan upaya untuk mencari jalan pemecahannya. Semua persoalan bisa dikomunikasikan dengan baik," katanya.

GM Merpati Kupang Djibrel de Hock mengatakan PT Merpati Nusantara Airlines cabang Kupang menyatakan persoalan dengan Bupati Ngada Marianus Sae telah selesai, meski insiden pemblokiran bandara tersebut sedikit membuat cemas maskapai penerbangan MNA yang hendak mendarat di bandara tersebut.

"Ada pergerakan di Bandara Turolelo, sehingga kami tidak bisa mendarat dan kembali ke El Tari Kupang," katanya dan menambahkan penumpang pesawat Merpati rute Kupang-Turelelo pada Sabtu (21/12) pagi itu memang penuh dan ada kemungkian miskomunikasi antara petugas Merpati dengan orang yang mengurus tiket untuk Bupati Ngada sampai memicu terjadinya aksi blokade tersebut.

Pada Senin, Merpati kembali terbang dan melayani rute penerbangan Kupang-Turelelo, pp seperti biasa.

Oleh Laurensius Molan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013