Kolombo (ANTARA News) - Pasukan Sri Lanka membunuh 17 pegawai sebuah badan bantuan Perancis dan melakukan serangan bom terhadap pemberontak Tamil, menurut pemantau gencatan senjata, Rabu, di tengah kekhawatiran bahwa negara itu akan terjeblos ke dalam perang berskala penuh. Misi Pengawas Sri Lanka (SLMM) yang dipimpin Swedia menyatakan, pasukan keamanan bertanggung jawab atas pembunuhan 17 pegawai lokal organisasi Aksi Melawan Kelaparan sebelumnya bulan ini. Pegawai-pegawai itu ditembak di bagian belakang kepala di kantor mereka di kota pesisir timurlaut Muttur ketika pasukan dan gerilyawan Macan Tamil bertempur untuk menguasasi wilayah itu. Pemerintah Sri Lanka menolak pernyataan SLMM itu dengan menyebutnya "tidak layak" dan mengatakan bahwa ketua SLMM yang sedang mengakhiri tugas, Ulf Henricsson, telah mengambil kesimpulan sebelum hasil penyelidikan polisi dan forensik mengenai pembunuhan itu diketahui. Menteri Luar Negeri Sri Lanka Mangala Samaraweera, yang sedang mengunjungi London, mengatakan kepada BBC, SLMM "seharusnya memainkan peranan yang lebih independen dan tidak berpihak". "Saya tidak menyebutnya (Henricsson) sebagai seorang pembohong namun saya menyebut pernyataannya itu sangat tidak bertanggung jawab," katanya kepada BBC. Sementara itu, Finlandia, yang kini menjadi ketua presidium Uni Eropa (EU), mengatakan kepada wartawan di Helsinki, kelompok 25 negara itu prihatin atas kekerasan itu. "Kita sedang berada di ambang perang saudara lagi," kata Menteri Luar Negeri Finladia Erkki Toumija yang dikutip AFP. Tim pemantau gencatan senjata itu mendasari temuan mereka antara lain pada wawancara dan pembicaraan terpercaya dengan beberapa sumber, kata mereka dalam sebuah pernyataan. Pembunuhan pegawai-pegawai lokal itu terjadi di tengah tahap baru berdarah dalam konflik etnik tiga dasawarsa yang telah membuat gencatan senjata Februari 2002 terabaikan. Sekitar 1.500 orang tewas sejak Desember ketika pertempuran di wilayah utara dan timurlaut antara militer dan pemberontak Tamil yang berperang untuk mendirikan sebuah negara terpisah bagi minoritas Tamil mulai meningkat.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006