Xi'an (ANTARA) - Pada kunjungan baru-baru ini ke Kota Xi'an di China barat laut, wisatawan asal Australia bernama Andrew Baxter (75) mendapati dirinya kembali ke zaman Dinasti Tang (618-907), menjelajahi keindahan Chang'an, ibu kota kuno kekaisaran China yang pernah membuat kagum orang-orangpada masa lampau lebih dari 1.000 tahun silam.

Bersama dengan wisatawan lain dalam kelompok tur internasionalnya, Baxter menikmati pengalaman budaya yang mendalam, berjalan-jalan di sejumlah paviliun kuno bergaya Tang di Grand Tang Mall yang ramai, sambil mengenakan pakaian tradisional China.

Usai menyelesaikan perjalanan yang bergaya melintasi waktu ini, Baxter mengungkapkan kegembiraannya atas kesempatan menjelajahi kawasan pedestrian bertema Dinasti Tang tersebut, yang menjadi daya tarik wisata utama di Xi'an.

"Rasanya luar biasa kami bisa melakukan apa yang dilakukan wisatawan lokal," kata Baxter.

Bagi orang-orang yang berkecimpung di industri pariwisata, Baxter dan kelompok turnya memberikan contoh atas perubahan signifikan di kalangan wisatawan mancanegara di China terhadap pengalaman perjalanan yang lebih personal dan mendalam yang melibatkan pertukaran budaya.

Pengalaman budaya yang unik merupakan bagian dari tur yang ditawarkan oleh Wendy Wu Tours, sebuah agen perjalanan internasional. Kelompok tur yang berasal dari Australia, Inggris, dan Amerika Serikat tersebut melakukan perjalanan selama 14 hari ke beberapa kota di China, termasuk Beijing, Xi'an, Lhasa, Chengdu, dan Shanghai.

Wakil manajer umum di Wendy Wu Tours, Liu Lizheng mengonfirmasi hal itu sebagai tren yang nyata.

"Saat merancang itinerari di Xi'an tahun ini, kami menambahkan tiga program baru, yakni mengenakan pakaian tradisional China, menyaksikan pertunjukan budaya, dan melihat langsung warisan budaya takbenda, selain destinasi wisata ikonis, Prajurit Terakota," ungkap Liu.

Di balik tren tersebut, China telah mengambil berbagai langkah guna meningkatkan antusiasme wisatawan mancanegara untuk berwisata ke negara tersebut, mulai dari kebijakan bebas visa dan prosedur bea cukai yang lebih lancar, hingga rute-rute penerbangan yang kembali dibuka.

Memandang pariwisata sebagai jembatan penting untuk pertukaran dan saling pengertian antara masyarakat dari berbagai negara, China menyambut hangat wisatawan mancanegara untuk melancong ke China, bertemu teman-teman di China, merasakan budaya China, mengunjungi berbagai tempat yang indah, serta melihat dan merasakan China yang sesungguhnya.

Menurut data yang dirilis Administrasi Imigrasi Nasional (National Immigration Administration/NIA) China, jumlah orang asing yang mengunjungi China pada kuartal pertama tahun ini meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 466.000 visa diterbitkan untuk orang asing, naik 118,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Selain itu, hampir 1,99 juta orang asing memasuki China tanpa visa, naik 266,1 persen (yoy).

Asisten manajer umum di Xi'an Overseas Tourist Co., Ltd., Feng Gaoxuan, menyoroti dua perkembangan utama dalam tren baru yang bersumber dari kebijakan preferensial, yakni meningkatnya preferensi di kalangan wisatawan internasional terhadap tur swakriya (do it yourself/DIY) atau tur yang disesuaikan, serta meningkatnya popularitas kelompok tur kecil yang beranggotakan kurang dari 10 orang, dibandingkan dengan kelompok besar yang terdiri dari 30 atau 40 orang.

"Tren ini menawarkan lebih banyak kebebasan kepada wisatawan dan memenuhi minat spesifik mereka, seperti mengunjungi restoran populer, menonton pertunjukan seni, dan menikmati kerajinan budaya," kata Feng.

Feng menilai banyak wisatawan yang mempelajari China melalui media sosial sehingga mereka lebih suka membeli tiket atau transportasi dari agen perjalanan kemudian merencanakan perjalanan secara mandiri.

Untuk memenuhi beragam kebutuhan wisatawan mancanegara, perusahaan tersebut membentuk departemen penyesuaian yang menawarkan layanan dalam delapan bahasa. Departemen itu membantu wisatawan merencanakan seluruh perjalanan mereka dan menciptakan kenangan spesial.

Di antara para trendsetter tersebut adalah Piet De Wilde dan Ella Van Duivenbooden, pasangan berusia 60-an tahun dari Belanda, yang memilih Xi'an sebagai tujuan kedua mereka di China selain wilayah Pingyao di Provinsi Shanxi.

"Kami langsung merencanakan perjalanan kami setelah China mengumumkan kebijakan bebas visa untuk Belanda," kata De Wilde.

Pasangan itu menghubungi sebuah agen perjalanan untuk mengatur transportasi dan tiket sambil merencanakan sendiri kunjungan ke situs budaya dan sejarah. Mereka memilih Pingyao, Xi'an, dan Beijing sebagai tujuan mereka di antara "kota-kota fantastis lainnya di China". Mereka berencana untuk tinggal lebih lama di setiap kota dan merasakan kehidupan setempat, ketimbang terburu-buru dari satu destinasi wisata ke destinasi wisata lainnya.

Feng menggambarkan mereka sebagai "pelancong pariwisata mendalam," dan mengatakan bahwa wisatawan seperti itu cenderung menghabiskan lebih banyak waktu menjelajahi berbagai aspek kehidupan setempat. Feng pun menyoroti peningkatan minat wisatawan internasional terhadap eksplorasi secara mendalam dan budaya rakyat China.

"Kami mencoba makanan khas setempat yang terkenal, yakni mi minyak panas, untuk makan siang," kata De Wilde, mengacu pada hidangan terkenal dari Provinsi Shaanxi. "

Dia juga berencana mencoba lebih banyak rekomendasi lokal dalam beberapa hari mendatang.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024