Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr.(cand) dr. Inggrid Tania M.Si mengatakan pengobatan dengan modalitas komplementer baru bisa diterapkan saat fase akut, yakni hari ke 1 sampai hari ke 7 dalam stroke.

“Yang bisa dijalani selain medis konvensional, akupuntur bisa masuk di hari pertama sampai hari ke 7 untuk recover fungsi tubuh yang terkena dan fungsi otak. Herbal juga bisa masuk tapi saat fase akut harus berhati-hati,” kata Inggrid dalam diskusi mengenai pengobatan herbal jamu untuk diabetes dan stroke yang diikuti secara daring di Jakarta, Minggu.

Inggrid mengatakan saat menerapkan modalitas herbal pada fase akut dalam penyakit stroke harus berhati-hati karena herbal Indonesia belum banyak diteliti bisa bekerja dalam fase akut. Yang sudah diteliti hingga uji klinis justru herbal dari China seperti astragalus dan salvia miltiorrhiza.

Ia menyebut penelitian juga masih sangat terbatas sehingga harus berhati-hati, agar penggunaan herbal dari Indonesia dapat memberikan manfaat terhadap proteksi neuron, neurogenesis dan neuroplasticity dan termasuk memelihara aliran darah.

Baca juga: Waspadai "heat stroke" saat musim kemarau

Baca juga: Akupuntur bisa jadi pilihan terapi pasien stroke


Penggunaan herbal pada fase 1-7 hari ini, kata Inggrid, juga harus berhati-hati karena hasil uji klinik yang belum konsisten dan tidak signifikan dibanding penggunaan plasebo sehingga harus diperhatikan risiko dan benefitnya.

“Ada juga misalnya herbal termasuk herbal China, cuma isinya ada mineral yang basisnya sebetulnya dari arsen dan raksa, itu juga harus berhati-hati ketika dikombinasi dengan obat medis konvensional,” kata Inggrid.

Setelah fase kronik di atas 6 bulan, akupuntur dan herbal menjadi lebih aman dan mempercepat proses pemulihan.

Penggunaan herbal dari fase akut hingga kronis memiliki 2 fungsi yakni meregulasi aliran darah dengan cara mendiliatasi atau melebarkan pembuluh darah, menghambat trombosit, meregulasi koagulasi, meregulasi lipid darah dan kolesterol.

Fungsi kedua yaitu proteksi otak dengan mekanisme antioksidan, anti nitric oxide damage, anti inflamasi atau peradangan neuron, memproteksi neurofascular dan melindungi barrier otak dengan darah.​​​​​​​

Inggrid mengatakan pengobatan tradisional komplementer belum terbukti lebih baik dengan pengobatan konvensional sehingga ia mengingatkan pengobatan ini bukan sebagai pengganti obat konvensional medis.

“Namun tetap bermanfaat untuk menjaga faktor risiko stroke seperti hipertensi, menstabilkan gula darah dan lipid darah sehingga bermanfaat mencegah stroke dan mencegah stroke berulang, demikian juga saat pemulihan,” jelasnya.

Sementara pada pasien stroke, pengobatan herbal lebih diutamakan yang bersifat nutrisi penting, vitamin dan mineral dan zat antioksidan karena sangat bermanfaat untuk tambahan nutrisi mendukung pemulihan secara holistik.

“Herbal atau jamu bisa dipakai untuk pencegahan dan pemulihan stroke karena herbal atau jamu terkait dengan gaya hidup, salah satunya diet gizi seimbang yang utama berbasis tanaman, tumbuhan atau nabati,” katanya.

Baca juga: Dokter rekomendasikan pasien stroke makan kacang-kacangan

Baca juga: Migrain berkaitan dengan peningkatan risiko stroke

Baca juga: Dokter paparkan manfaat puasa bagi kesehatan otak penderita stroke

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024