Jakarta, 1 September 2006 (ANTARA) - Empat ekor badak Jawa ditemukan lahir di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Tiga ekor di antaranya ditemukan melalui jejak tapak dan seekor lagi dilihat secara langsung saat dilakukan survei. Badak Jawa merupakan spesies mamalia besar terlangka di dunia dan saat ini diancam kepunahan. Ditemukannya populasi yang berkembang biak dan bahkan perlahan-lahan tumbuh, merupakan kabar gembira sekaligus memberi harapan bagi masa depan satwa yang dilindungi ini. Tim Jagawana Balai Taman Nasional Ujung Kulon, WWF, dan masyarakat lokal menemukan tanda-tanda keberadaan bayi badak tersebut saat melakukan survei beberapa hari setelah gempa bumi mengguncang beberapa daerah di pulau Jawa termasuk Banten pada bulan Juli 2006 lalu. Pada tanggal 24 Juli 2006 salah seekor anak badak ditemukan pertama kali oleh tim survei I, dengan ukuran tapak 16-17 cm. Keesokan harinya, tim survei kembali menemukan tapak kaki anak dan induk badak dengan ukuran yang berbeda di lokasi lain. Kedua jejak tersebut diperkirakan maksimum berusia tiga hari. Sementara itu, pada hari yang sama di lokasi terpisah tim survei II melihat secara langsung anak badak yang diidentifikasi berjenis kelamin betina, beserta induknya. Tim ini juga menemukan jejak tapak anak badak yang keempat di lokasi lain pada tanggal 26 Juli 2006. Mengingat jarak antara empat lokasi penemuan jejak yang cukup berjauhan dan juga ukuran tapak kaki yang berbeda, tim survei menyimpulkan bahwa bukti-bukti tersebut menunjukkan adanya empat bayi badak yang berbeda. WWF dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon berharap untuk mendapatkan foto bayi badak tersebut melalui camera trap (kamera intai) yang selama ini dipasang untuk memonitor badak Jawa. Di antara lima spesies badak yang ada di dunia, badak Jawa merupakan spesies yang paling langka dan dikategorikan sebagai "critically endangered" atau "sangat terancam" dalam Daftar Merah IUCN (IUCN red List of Threatened Species). Populasi terbesar badak Jawa berada di TN Ujung Kulon, di mana diperkirakan antara 50-60 ekor yang bertahan hidup. Populasi lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien di Vietnam, yang diperkirakan tinggal 2-8 ekor yang bertahan hidup. Dengan ditemukannya fakta bahwa populasi badak Jawa terus berkembang biak di TN Ujung Kulon, WWF merekomendasikan perlunya upaya pengelolaan ruang bagi spesies lain (banteng) demi mengurangi kompetisi habitat dengan badak Jawa; mengontrol tumbuhnya Arenga obsirufolia yang membatasi pertumbuhan pakan badak Jawa; dan mendorong upaya penetapan habitat kedua (second habitat) di luar TN Ujung Kulon, guna meningkatkan keberlangsungan hidup spesies ini. Berbeda dengan Badak Jawa, saat ini populasi Badak Sumatera di TN Kerinci Seblat provinsi Bengkulu diperkirakan hanya 2 hingga 3 ekor. Populasi Badak Sumatera dewasa ini sangat terancam oleh berbagai aktivitas perburuan liar. Badak-badak itu terdesak dan semakin terisolasi (doomed) dari habitat aslinya. Jumlah ini tidak memungkinkan bagi badak Sumatera untuk berkembang biak secara alami atau tidak memiliki viabilitas dalam jangka panjang. Untuk mempertahankan keberadaan badak Sumatera dari ancaman kepunahan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam melakukan upaya penyelamatan melalui pengembangbiakan satwa tersebut. Di Suaka Rhino Sumatera yang terletak di TN Way Kambas, Lampung. Taman Nasional ini dibuka pada tahun 1996, namun hingga kini belum berhasil mengembangbiakan badak Sumatera, walaupun sudah ditempatkan sepasang badak yang diberi nama Bina dan Torgamba. Agar tidak diganggu pemburu liar, pemerintah memindahkan badak Sumatera yang berada di dalam kawasan TN Kerinci Seblat, Jambi, ke Suaka Rhino Sumatera, Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur. Diharapkan program penangkaran badak Sumatera di SRS dapat berhasil. Penelitian dan pengembangan masih terus dilakukan untuk mengungkap berbagai fakta ilmiah mengenai badak Sumatera. Pada masa depan SRS diharapkan menjadi sumber satwa untuk memperkuat populasi alam. Kawasan tersebut terjamin keamanannya dari gangguan perburuan dan kerusakan habitat. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Achmad Fauzi, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Telp: (021) 570-5099, Fax: (021) 573-8732 (T.AD001/B/W001/W001) 01-09-2006 13:15:15

Copyright © ANTARA 2006