Program ini akan kami mulai pada Juni hingga Oktober, kemudian nanti kita evaluasi
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah didukung oleh Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazis) Muhammadiyah meluncurkan program bina damai atau peacebuilding lab untuk 200 pemuda di Palestina.

“Inisiatif programnya memang datang dari kami di LHKI, programnya dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Nah, kaum muda ini nanti akan mengkampanyekan tentang proses bina damai tanpa kekerasan kepada berbagai macam asosiasi dan organisasi kepemudaan di berbagai kota asal mereka masing-masing,” kata Pemimpin Program sekaligus Sekretaris LHKI PP Muhammadiyah, Yayah Khisbiyah dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Yayah menjelaskan, program tersebut fokus pada pemberdayaan komunitas-komunitas di Palestina yang digandeng oleh PP Muhammadiyah bekerja sama dengan beberapa organisasi nirlaba lokal di Palestina selaku mitra utama LHKI Muhammadiyah, yakni Witness-Shahid Center dan The Holy Land Trust.

Community development juga saya kira harus digarisbawahi karena ini penting. Jadi, kami berharap Lazismu itu bisa mengkoordinasikan, mengelola bantuan yang holistik dalam berbagai macam program yang saling mengisi,” ujar dia.

Baca juga: Pakar: Negara Muslim harus terlibat resolusi damai Palestina-Israel
Baca juga: Jerman sebut jalan damai Israel-Palestina hanyalah solusi dua negara


Yayah menambahkan, program tersebut sudah diinisiasi sebelum meledaknya konflik Hamas-Israel pada 7 Oktober 2023. Program tersebut akan dimulai pada Juni 2024, dan diuji coba selama enam bulan untuk kemudian dievaluasi dan dikembangkan.

“Program ini akan kami mulai pada Juni hingga Oktober, kemudian nanti kita evaluasi lalu kita kembangkan apa yang kita pelajari dari tahun pertama, dan yang enam bulan ini dan kita kembangkan bersama-sama,” ucapnya.

Ia berharap, Muhammadiyah dapat menjadi pionir untuk perubahan-perubahan pola pikir bagi pemuda Palestina, dan tidak terbatas pada memberikan bantuan-bantuan fisik dasar seperti pengobatan atau kebutuhan sehari-hari lainnya.

“Harapan kami Muhammadiyah itu bisa menjadi pionir ya, berjalan di depan, mudah-mudahan sudah ada yang lain, tetapi kalau tidak ya berarti kami mungkin salah satu yang menjadi model. Mudah-mudahan ini menjadi salah satu program yang memang bisa mengubah state of mind, cara berpikir manusia cara kita dalam resolusi konflik, di luar yang secara basic dibutuhkan seperti obat-obatan dan lain sebagainya,” paparnya.

Adapun penerima manfaat dari program tersebut mencakup korban perang dan genosida Israel di Gaza, pengungsi di Gaza, kaum muda dan perempuan sebagai aktivis perubahan maupun sebagai korban yang terkena dampak konflik, serta penyandang disabilitas di Tepi Barat bagian utara.

Baca juga: Anwar: Pertemuan dengan pemimpin Hamas untuk temukan solusi damai
Baca juga: China mau ajukan proposal damai tolak pemindahan paksa warga Palestina
Baca juga: Qatar harap jeda kemanusiaan di Gaza ciptakan perundingan damai

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024