Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan kepada masyarakat dan pemerintah daerah (pemda) di Indonesia untuk memanfaatkan masa transisi dengan menampung air sebanyak-banyaknya sebelum memasuki musim kemarau. 

Deputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Selasa, mengatakan waktu transisi musim hujan ke kemarau tersebut diprakirakan berlangsung mulai tanggal 29 Mei hingga 3 Juni 2024.

Meski tidak terlalu lama, kata dia, namun analisa tim meteorologi BMKG mendapati pada medio tersebut masih ada aktivitas gelombang ekuatorial rossby yang memicu curah hujan intensitas rendah hingga sedang.

Analisa BMKG mendapati wilayah yang masih berpotensi hujan itu  meliputi Maluku Utara, Maluku, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, sebagian Papua, dan sebagian Sumatera.

Baca juga: Peralihan cuaca ke La Nina di Bengkulu bakal terjadi Juli 2024

Dengan demikian waktu yang tersisa tersebut, kata dia, harus dimanfaatkan secara optimal untuk menampung air karena setelah itu sudah masuk musim kemarau kering dengan curah hujan yang akan terus berkurang sampai 50 mm per bulan, setidaknya pada awal Juni sampai September 2024.

Bahkan BMKG juga mengingatkan secara khusus upaya memaksimalkan penampungan air atau untuk segera melakukan upaya pengendalian curah hujan ini untuk daerah penghasil pertanian seperti Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Menurut Guswanto, daerah-daerah tersebut saat ini sudah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) 21-30 hari di tengah potensi hujan yang masih ada. Apalagi, lanjutnya, akan masuk musim kemarau, sehingga pihaknya mengkhawatirkan bila air tidak dikelola dengan baik maka kekeringan akan berdampak pada produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional.

Baca juga: BMKG: Potensi hujan di NTB semakin berkurang pada 10-20 Mei

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024