Yogyakarta (ANTARA News) - Jika Jakarta memiliki jalur bus way jalur jalan bebas hambatan dan bebas macet untuk armada bus transjakarta, Yogyakarta justru sebaliknya, tak perlu transportasi berpendingin udara, tetapi cukup sepeda angin. "Jogja gembira bersepeda - Jogja kembali bersepeda". Semboyan ini dideklarasikan Sri Sultan Hamengku Buwono X, Raja Kraton Yogyakarta sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ketika meresmikan bicycle way atau jalur khusus pengendara sepeda angin di Kota Yogyakarta, Jumat. Selain meresmikan bicycle way dan mendeklarasikan "Jogja gembira bersepeda - Jogja kembali bersepeda", Sultan juga ikut menanam pohon pelindung yang kelak akan menjadi "kanopi hidup" pengguna sepeda angin. Antara Jakarta dan Yogyakarta sama-sama punya satu tujuan, yaitu mengusung peduli lingkungan melalui cara mengurangi dampak pencemaran udara akibat asap sisa kendaraan bermotor. Bedanya, di Jakarta dengan armada modern, sementara di Yogyakarta dengan alat transportasi konvensional, sepeda angin, yang dalam era perjuangan sangat membantu orang-orang republik. Armada bus transjakarta menggunakan bahan bakar gas sebagai solusi mengurangi polusi asap pembakaran mesin kendaraan bermotor, sedangkan sepeda angin jelas tidak ada asap, tanpa mesin, karena digerakkan dengan kaki manusia. "Tetapi kelebihan kita, dengan sepeda angin akan lebih sehat, otot-otot tubuh bergerak dan ini membantu metabolisme," kata Kepala Unit Pengelola Sepeda Hijau Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Totok Joko Pujiyanto. Selain bermanfaat untuk kesehatan, program ini untuk mengembalikan lagi Yogyakarta sebagai "Kota Sepeda", predikat yang disandang kota budaya dan pendidikan ini pada era tahun 1970-an. "Sayangnya, jumlah sepeda angin di Yogyakarta semakin berkurang, bahkan predikat kota sepeda telah berubah menjadi kota sepeda motor," katanya. Bermula dari kerinduan terhadap predikat kota sepeda ini, sejak beberapa tahun lalu para pecinta sepeda angin di UGM mulai menggagas untuk kembali menggunakan sepeda sebagai alat transportasi dan mobilitas di sekitar `kampus biru`. "Awalnya ada enam unit sepeda berbagai jenis untuk mendukung kegiatan ini, namun akhirnya banyak pihak yang mendukung kegiatan bersepeda di kampus. Saat ini kami memiliki 128 unit sepeda baik diperoleh seccara swadaya maupun sumbangan para donatur," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006