Bagian pertama dari bahan kimia prioritas setelah dipindahkan dari dua lokasi ke pelabuhan Latakia untuk diperiksa dan kemudian diangkat ke kapal komersil Denmark."
Beirut (ANTARA News) - Suriah telah mengeluarkan gelombang pertama bahan senjata kimia setelah membawanya dari dua lokasi ke kota pelabuhan Latakia dan ke satu kapal milik Denmark, kata Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Selasa.

"Kapal ini mendapat pengawalan dari Denmark dan Norwegia, serta Republik Arab Suriah," kata badan pengawas senjata kimia internasional itu dalam pernyataannya. "(Kapal) ini akan tetap berada di laut sambil menunggu kedatangan bahan-bahan kimia prioritas tambahan di pelabuhan," lapor AFP.

Suriah setuju untuk melucuti senjata-senjata kimianya hingga Juni di bawah kesepakatan yang diajukan oleh Rusia dan dibicarakan dengan Amerika Serikat setelah terjadinya serangan gas sarin.

Negara-negara Barat menyalahkan pasukan Presiden Bashar al-Assad atas serangan tersebut sementara pemerintah menunjuk pihak-pihak pemberontak yang melakukannya.

Perang, cuaca buruk, birokrasi serta masalah-masalah teknis telah membuat tenggat waktu 31 Desember bagi penghapusan toksin yang paling mematikan dari Suriah itu tertunda.

OPCW tidak menyebutkan berapa prosentase kimia "paling berbahaya" yang ada di kapal Denmark.

"Bagian pertama dari bahan kimia prioritas setelah dipindahkan dari dua lokasi ke pelabuhan Latakia untuk diperiksa dan kemudian diangkat ke kapal komersil Denmark," kata pernyataan OPCW.

OPCW mengatakan keamanan maritim dikawal oleh kapal-kapal China, Denmark, Norwegia dan Rusia.

Pemerintah Rusia bertanggung jawab untuk pengemasan yang aman, membawanya melalui jalan darat ke Latakia -- yang juga merupakan jalan utama dari ibu kota, tempat para pemberontak masih aktif -- serta pemusnahan senjata kimia. 


Penerjemah: Tia Mutiasari

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014