Sejak tiga hari lalu, anak saya demam karena makanannya tidak beraturan dan masuk angin,"
Manado (ANTARA News) - Korban bencana banjir bandang Manado, Sulawesi Utara yang berada di pengungsian, mengaku mulai terkena penyakit kulit, infeksi pernafasan atas, diare dan demam.

"Sejak tiga hari lalu, anak saya demam karena makanannya tidak beraturan dan masuk angin," kata warga Kampung Ternate, Singkil bernama Muna Kanine (28), di Manado Rabu.

Muna mengatakan, meskipun tidak parah tetapi anaknya mengalami demam dan batuk-batuk sehingga mengkhawatirkannya karena mereka tidak berada di rumah sendiri, dan sementara ini mengungsi di rumah saudara di Malalayang.

Ia mengatakan sudah membawa anaknya ke posko kesehatan dan berharap kiranya kondisinya segera pulih, karena sekarang kondisi mereka tidak menentu sehingga ia merasa sangat khawatir.

Keluhan juga disampaikan oleh salah seorang warga Perkamil kecamatan Paal Dua bernama Nona yang mengatakan anaknya kena diare, sebab makan tidak terakhir dan harus tidur di lantai.

"Kondisi ini memang sungguh-sungguh membuat kami tertekan, sudah hidup di pengungsian anak juga harus sakit, untung ada posko kesehatan sehingga tetap dapat pelayanan," katanya.

Wakil Wali Kota Harley Mangindaan mengatakan, keadaan tersebut memang tidak diinginkan siapapun, namun ia meminta warga yang sakit agar segera menuju ke posko-posko kesehatan yang dibuka baik oleh TNI maupun pemerintah sehingga dapat berobat.

Menurut Harley, di posko masyarakat tetap dilayani gratis, mulai dari pemeriksaan sampai obat sebab itu tidak perlu khawatir akan dimintai bayaran, karena semuanya disediakan tanpa biaya.

"Saya juga mengingatkan para petugas kesehatan terutama dari Pemerintah Manado, supaya tetap ramah melayani masyarakat korban bencana, meskipun banyak yang datang harus diterima dengan hati yang luas," katanya.

Bencana yang terjadi di Manado menimbulkan korban yang tidak sedikit, mulai dari rumah yang hancur sebanyak 64 unit, hanyut 621, bangunan 53 rumah ibadah dan 281 sekolah rusak, korban tewas enam orang dan 86 ribu hidup dalam pengungsian. (*)

Pewarta: Joyce Bukarakombang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014