saya telah mencoba keras sampai akhir, mencoba mengakhiri pertandingan sebagus yang saya bisa demi penonton, demi lawan, demi saya"
Melbourne (ANTARA News) - Rafael Nadal menyeka air matanya dan menyatakan masalah pada punggungnya yang tiba-tiba saja terjadi telah membuatnya mustahil menjuarai Australia Terbuka 2014.

Mimpi buruk berupa cedera terakhirnya itu menggagalkan kampanyenya di Melbourne Park tahun ini.

Unggulan utama ini gagal meraih gelar Grand Slam ke-14 setelah dihentikan bintang Swiss yang lagi menanjak, Stanislas Wawrinka, dengan 6-3, 6-2, 3-6, 6-3.

Nadal yang terlihat masih limpung dan menahan air matanya pada jumpa pers, mengaku merasa berdenyut-denyut saat pemanasan dan perlahan masalah pada punggungnya itu bertambah buruk.

"Agak memburuk saat set pertama. Akhir set pertama saya mulai merasa keadaan lebih buruk," kata dia.

"Lalu pada awal set kedua adalah momen menentukan yang saya rasakan, dalam satu serve pada gerakan yang buruk, itu sangat kaku, sangat buruk."

Dia lalu minta timeout untuk perawatan medis ketika tertinggal 1-2  pada set kedua dan lalu melanjutkan pertandingan, namun pergerakannya menjadi terbatas dan kekuatan servenya menurun drastis.

Kendati jelas menahan sakit, petenis Spanyol ini pantang meminta mundur.

"Terakhir yang ingin saya lakukan adalah mengundurkan diri. Tidak, saya benci itu, khususnya di final," kata dia.

"Selama setahun penuh Anda melakukannya di momen seperti ini, dan itu muncul, lalu Anda merasa Anda tak akan bisa bermain pada kondisi terbaik Anda.

"Jadi itu adalah situasi yang tidak mudah bagi saya berada di lapangan seperti ini, tapi saya telah mencoba keras sampai akhir, mencoba mengakhiri pertandingan sebagus yang saya bisa demi penonton, demi lawan, demi saya."

Kendati memenangi set ketiga dengan mengejutkan, Nadal mengaku sudah menyangka tak akan bisa menang.

"Saya sudah mencoba segala hal sampai momen terakhir, tapi mustahil menang dengan cara ini. Lawan terlalu bagus," kata dia.

"Saya tentu kecewa dan sangat sedih atas apa yang telah terjadi. Tapi itulah hidup, itulah olahraga."

Kekalahan ini adalah pukulan berat bagi petenis berusia 27 tahun yang kerap berjuang melawan cedera kala bertanding di Melbourne Park itu. Dari 13 gelar Grand Slam-nya hanya satu yang didapatnya di Melbourne pada Australia Terbuka 2009. 

"Saya sangat tidak beruntung dan ini adalah turnamen yang menyakitkan saya. Ini adalah turnamen yang sangat saya sukai. Ini adalah turnamen yang kondisinya saya rasakan bagus untuk saya, hangat, penonton yang baik, lapangan yang lebih cepat dari lapangan-lapangan sebelumnya."

Kendati kecewa dia tetap filosofis. "Itu adalah bagian dari hidup. Bagian dari olah raga. Ini bukan akhir dari dunia.  Ini hanyalah momen sulit lainnya. Ini bukanlah yang pertama," katannya seperti dikutip AFP.

"Saya akan terus bermain, terus berlatih keras, dan saya akan terus menikmati dunia tenis.  Saya merasa sangat beruntung mampu bekerja dengan sesuatu yang sungguh saya cintai. Tak semua orang bisa melakukannya. Ini hanya satu hari yang buruk, hari yang sulit."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014