Biasanya produksi sampah Manado itu hanya sekitar 1.500 meter kubik perharinya, tetapi bencana membuat sampah bertumpuk di Manado.
Manado (ANTARA News) - Pemerintah Manado, Sulawesi Utara menyatakan, bencana yang terjadi di Manado menyebabkan produksi sampah mencapai 100 ribu meter kubik.

"Biasanya produksi sampah Manado itu hanya sekitar 1.500 meter kubik perharinya, tetapi bencana membuat sampah bertumpuk di Manado," kata Wali Kota Manado, Vicky Lumentut di Manado, Selasa.

Vicky mengatakan, sampah-sampah tersebut berasal dari rumah tangga serta dibawa oleh air dari daerah hulu sungai, seperti kayu-kayu gelondongan dan batang-batang pohon.

"Karena itu maka sekarang yang terlihat adalah tumpukan sampah dimana-mana, apalagi 86 ribu rumah di Manado yang terkena bencana itu hampir seluruh isi rumah rusak dan menjadi sampah," katanya.

Meski begitu Vicky mengatakan, upaya pembersihan dan pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir tetap dilakukan, malah makin gencar dengan bantuan TNI, Polri serta organisasi pemuda, kemasyarakatan serta kelompok masyarakat umum.

Ia menjelaskan, sampah yang diangkut dari pemukiman penduduk dan kawasan perkantoran serta pertokoan, ditumpuk di satu tempat dan diangkut dengan menggunakan kendaraan khusus.

"Kami menggunakannya alat-alat berat seperti loader, eskavator dan lainnya, untuk mempermudah kerja mengangkut sampah yang ada, agar dapat dibawa ke TPA," katanya.

Ia menambahkan sampah akibat banjir tersebut dibawa ke TPA Sumompo, yang dibuka satu kali 24 jam, untuk mempercepat proses pembersihan kota, dari sampah akibat banjir.

Akibat banjir dan tanah longsor di Manado, 86 ribu orang menjadi korban dan harus mengungsi, sembilan orang meninggal dunia, 800 anak dan balita menjadi korban, 10 ribu rumah rusak, dan ratusan gedung sekolah rusak.

Selain itu jalan-jalan, jembatan, tanggul sungai, talud penahan tepian sungai, serta drainase rusak parah, kerugian materi dihitung mencapai Rp647,9 miliar belum termasuk kerugian imateril karena trauma.

Pewarta: Joyce Bukarakombang
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014