Dana bencana cukup, tapi manajemen masih kurang. Dan, sering tergopoh ketika (bencana) terjadi,"
Kediri (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR Pramono Anung meninjau pos pengamatan Gunung Kelud dan menyebutkan bahwa penanganan bencana di Indonesia masih sering tergopoh, terutama jika hal tersebut tiba-tiba terjadi.

"Dana bencana cukup, tapi manajemen masih kurang. Dan, sering tergopoh ketika (bencana) terjadi," katanya ditemui ketika meninjau lokasi pos pengamatan Gunung Api Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin.

Ia mengatakan, bencana yang terjadi seharusnya bisa diprediksi sebelumnya. Hal itu belajar dari pengalaman penanganan bencana di sejumlah negara salah satunya Jepang. Mereka bisa memprediksi terjadinya bencana dengan bantuan alat "early warning system".

Walaupun tidak semua tepat, ia menyebut minimal ada data. Terlebih lagi Indonesia berada di cincin api atau "ring of fire" yang rentan terjadinya letusan gunung berapi ataupun bencana alam akibat tumpukan lempeng tektonik.

Ia juga menegaskan, anggaran untuk penanganan bencana di Indonesia mencukupi. Bahkan, nominal yang dialokasikan setiap tahun juga selalu ditambah.

Tentang peningkatan status Gunung Kelud, ia mengatakan harus ada penanganan secara khusus dan tidak hanya dilakukan ketika bencana terjadi.

Ia menyebut, penanganan bencana seperti letusan gunung berapi di luar negeri dilakukan secara lebih khusus. Selain personel yang maksimal, juga adanya lokasi pemantau yang lebih dari satu.

"Di negara maju tidak hanya satu (lokasi pusat pemantau gunung api). Untuk menghitung frekuensi dan amplitudo, makin dekat makin besar dan sejauh mana gunung berapi bisa menjangkau masyarakat," ujar Pramono.

PVMBG telah menetapkan status waspada dari sebelumnya aktif normal, mengingat aktivitas gunung yang berada di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, itu naik. Dengan status itu, radius 2 kilometer dari gunung tidak diperbolehkan ada aktivitas.

Gunung itu pernah meletus pada 2007, tapi secara "effusif" atau tertahan. Meterial sisa letusan sebelumnya terangkat, menutup kawah dan saat ini menjadi gunung, dan oleh masyarakat disebut anak Gunung Kelud.

Pemkab juga sudah memetakan tempat evakuasi ataupun tempat pengungsian warga yang kemungkinan menjadi korban letusan gunung api. Lokasi itu baik untuk masyarakat ataupun ternak milik warga korban letusan gunung. Walaupun sampai saat ini belum ada kepastian apakah status naik terus ataukah turun, pemerintah daerah tidak ingin kecolongan, dan memaksimalkan persiapan tempat pengungsian.

(KR-FQH/T007)

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014