Yogyakarta, (ANTARA News) - Hutan produksi yang rusak seluas 101.000 hektar tahun ini akan direstorasi terutama di wilayah perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, kata Sukiyanto Lusli, direktur Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia `BirdLife Indonesia`. Seusai menyampaikan presentasi tentang pemulihan hutan produksi di Indonesia di depan peserta pertemuan Asian Forest Partnership di Yogyakarta, Jumat (8/9) ia mengatakan kawasan hutan produksi yang direstorasi itu selanjutnya akan menjadi hutan harapan, yang merupakan hutan di dataran rendah. Menurut dia, restorasi hutan produksi itu merupakan gebrakan baru untuk memulihkan hutan tropis di Indonesia. "Dan tahun ini pengelolaan hutan produksi itu segera dimulai," katanya. Disebutkannya, di kawasan hutan produksi yang direstorasi tersebut tercatat ditemukan 235 jenis dari 425 jenis burung yang hidup di hutan dataran rendah. Selain itu, hidup pula 20 ekor harimau Sumatera yang terancam punah, dan sejumlah gajah Sumatera. "Restorasi hutan produksi tersebut diharapkan dapat membantu perkembangbiakan kembali satwa yang hidup di hutan setempat yang kini semakin langka," kata dia. Sukiyanto mengatakan kegiatan restorasi ekosistem hutan produksi seluas itu didasari Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 159 tahun 2004 tentang restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi. Menurut dia, dengan SK Menhut itu, hutan produksi dapat direhabilitasi, sehingga fungsi dan manfaatnya akan berkelanjutan dan lestari. Dalam pelaksanaan restorasi ini, kata dia ditunjuk konsorsium `BirdLife` yang terdiri `BirdLife Indonesia` dan BirdLife internasional dari Inggris yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian hutan tropis di Indonesia, serta PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) yang bergerak di bidang konservasi sumber alam hayati sebagai pemegang izin usaha pemanfaatan hutan kayu dalam rangkaian restorasi ekosistem hutan produksi. Sementara itu, Presiden Direktur PT REKI Agus Budi Utomo mengatakan pihaknya dengan menggandeng Yayasan Konservasi Ekosistem Indonesia dan didukung Konsorsium BirdLife tersebut akan mengelola kawasan hutan produksi itu menjadi hutan harapan. Tujuan pengelolaan hutan produksi itu untuk mendukung program pemerintah dalam menjaga kelestarian hutan tropis dataram rendah. Ia mengatakan, dalam pengelolaan hutan tropis ada ketentuan bahwa selama minimal 20 tahun hutan itu tidak boleh ditebang. Selama dalam konsensi pengelolaan hutan tersebut, pihaknya akan melakukan pengamanan hutan, penanaman wilayah hutan yang rusak, dan pengayaan kembali jenis-jenis tanaman di wilayah hutan yang rusak ringan. Sementara itu, sebagai alternatif sumber pendapatan dan pembiayaan, kegiatan restorasi ekosistem hutan produksi ini diupayakan memanfaatkan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan. Sedangkan mengenai dana, konsorsium BirdLife telah berkomitmen untuk menyediakan dana yang mencukupi bagi pengelolaan hutan restorasi ekosistem itu selama 55 tahun, terutama bagi kegiatan pengamanan dan perlindungan hutan serta pembangunan kesejahteraan desa di sekitar hutan. "Dalam pengelolaan nanti, kami tidak akan melakukan penggusuran desa yang ada di sekitar hutan dan masyarakat yang tinggal di dalam hutan," katanya. Ia berharap restorasi semacam ini tidak hanya diterapkan di Sumatera, tetapi dapat pula dikembangkan di kawasan hutan produksi lain yang mulai rusak di seluruh Indonesia. Pertemuan Asian Forest Partnership tersebut berlangsung 7-8 September.(*)

Copyright © ANTARA 2006