Jayapura (ANTARA News) - Kepala suku sekaligus pemimpin perang suku Damal, Timika, Provinsi Papua, Elminus Mom meminta polisi menangkap dalang perang antarsuku Damal dan Dani yang sudah berlangsung sejak Agustus lalu. "Saat ini kami di hutan belantara Kwamki Lama setelah sejak Jumat (8/9) terus dikejar aparat keamanan. Dari hutan kami menyerukan perdamaian dengan suku Dani namun dengan syarat sebelum berdamai aparat keamanan harus menangkap dalang perang suku ini," katanya ketika dihubungi ANTARA News melalui telpon selular dari hutan belantara Kampung Kwamki Lama, Timika, Sabtu. Menurut dia, tidak ada gunanya jika upacara perdamaian dua suku yang bertikai ini digelar di Kwamki Lama bila aparat keamanan tidak lebih dahulu menangkap provokator atau dalang perang suku ini. Justru dalang itulah yang harus ditangkap dan diadili agar tidak terjadi lagi perang suku susulan yang dapat menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak lagi dan kerugian warga suku yang lebih besar lagi seperti rumah terbakar dan rusaknya sejumlah bangunan umum antara lain rumah ibadah dan rumah adat. Elminus Mom mengatakan, dirinya mengantongi nama-nama para provokator dari kelompok tertentu yang selama ini memanas-manasi anggota suku untuk saling menyerang dengan busur dan panah. "Malahan ada seorang wakil rakyat di DPRD kabupaten tertentu yang memberikan uang kepada warga suku untuk membeli senapan angin yang selama ini digunakan untuk berperang selain busur dan anak panah," katanya. Dia mengakui memiliki bukti-bukti yang akurat mengenai pembelian senapan angin oleh oknum tertentu untuk disuplai ke suku tertentu guna melumpuhkan suku lain. "Nama-nama provokator perang dari kelompok suku tertentu telah saya berikan kepada seorang pejabat pemerintah untuk ditindaklanjuti sedangkan sampai sekarang saya belum memberikan kepada siapa pun nama oknum yang membeli senapan angin di pertokoan Timika untuk digunakan selama perang antarsuku Damal dan suku Dani," katanya. Tentang perkembangan situasi keamanan dan berbagai upaya pemerintah serta lembaga lain untuk menggelar perdamaian dua suku yang bertikai ini diketahuinya melalui pemberitaan media massa khususnya radio. Siaran radio tentang peperangan dua suku yang dikutip dari berbagai media lain atau hasil liputan langsung di lapangan telah didengar para anggota suku yang berperang itu dan yang kini sudah bersembunyi di hutan belantara akibat dikejar aparat keamanan. Elminus Mom mengaku bahwa sejak perang suku tersebut pecah pada Agustus lalu, dirinya belum pernah melakukan wawancara dengan satu wartawan pun. Wawancara dengan ANTARA News ini merupakan yang keduakalinya setelah sebelumnya pada Kamis (7/9), Elminus Mom memberikan kesempatan untuk wawancara secara langsung di markas perang Kwamki Lama. Sejak Jumat (8/9) aparat keamanan TNI dan Polri sudah memasuki kampung Kwamki Lama untuk menyita senjata tajam dan pada saat yang sama banyak warga setempat lari meninggalkan perkampungan itu untuk selanjutnya bersembunyi di hutan belantera. "Pada saat ini saya sedang mengumpulkan warga kampung Kwamki Lama dari kelompok tengah yang bersembunyi di hutan belantara agar mereka bersedia kembali ke kampung tetapi dengan harapan agar aparat keamanan tidak melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka. Kami bersedia berdamai jika aparat keamanan sudah menangkap provokator dan dalang perang antarsuku Damal dan suku dani," demikian Elminus Mom.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006