Babbila, Suriah (ANTARA News) - Tentara dan pemberontak Suriah menyepakati gencatan senjata lokal di daerah rawan sekitar Damaskus, kendati wakil-wakil pemerintah dan oposisi gagal mencapai kemajuan dalam perundingan perdamaian di Jenewa.

Di daerah pinggiran selatan Babbila, para wartawan AFP pada Senin (17/2) melihat pemberontak dan tentara -- semuanya bersenjata--berbicara, yang mungkin tidak dapat dilakukan pada beberapa hari lalu.

Gencatan senjata lokal dilakukan setelah 18 bulan pertempuran di dan sekitar ibu kota Damaskus memaksa pemberontak dan pasukan Presiden Bashar al-Assad berkompromi, dengan masing-masing dapat memperoleh kemenangan.

Selain di Babbila, kesepakatan itu juga dilakukan di Qudsata, Moadamiyet al-Sham, Barreh, Beit Sahem, Yalda dan kamp pengungsi Palestina Yarmuk.

Dirundingkan oleh para tokoh publik, perjanjian itu mencakup gencatan senjata, penghentian pengepungan dan pemberian izin penyaluran pangan ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak, dengan para petempur oposisi menyerahkan senjata-senjata berat dan pemerintah menaikkan benderanya.

Satu perjanjian baru dilaporkan diberlakukan untuk Harasta, satu pangkalan pemberontak di timur laut Damaskus, dan perundingan mengenai Daraya di barat daya sedang dilakukan.

Seorang wartawan AFP yang mengunjungi Babbila bersama dengan pejabat pemerintah melihat puluhan orang meneriakkan "Satu, satu, satu! Rakyat Suriah adalah satu!"

Ada kerusakan luas. Di jalan utama Babbila, setiap gedung telah hancur atau rusak.

Pada Senin, pasukan pemerintah mengibarkan bendera di kotapraja Babbila, yang merupakan satu pangkalan pemberontak sampai beberapa bulan lalu ketika tentara mengepungnya.

Pemberontak bersenjata masih berada di daerah itu, sementara ketentuan-ketentuan dari perjanjian itu juga termasuk satu amnesti, kata satu sumber keamanan.

Pemberontak yang mengenakan seragam militer terlihat berdiri santai, mengobrol dengan tentara. Tidak ada penembakan atau serangan.

Tetapi para pemberontak memprotes waktu pengibaran bendera pemerintah secara simbolik dengan meneriakkan "Suriah bebas!"

Para tentara membalasnya dengan : Tuhan menyelamatkan tentara!"

Grafiti di dinding-dinding Babbila menyeru pemerintah melepaskan para tahanan.

Bashar Januari lalu mengemukakan kepada AFP bahwa gencatan-gencatan senjata seperti itu bisa "jauh lebih penting ketimbang perundingan Jenewa".

Perundingan Jenewa II putaran kedua pekan lalu, yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Rusia, berakhir tanpa hasil dan rencana perundingan putaran ketiga belum ditetapkan.

Penduduk Babbila sangat bersyukur atas kesepakatan gencatan senjata tersebut. Seorang lelaki yang tampak lelah mengatakan kepada AFP: "Ini akan memungkinkan saya untuk makan, untuk membeli makanan. Saya sangat berharap gencatan senjata ini bisa berjalan."

Puluhan ribu warga sipil di daerah pemberontak telah berbulan-bulan menderita di dalam kepungan. Sekitar 100 orang, khususnya di Moadamiyet al-Sham dan Yarmuk, dilaporkan meninggal dunia karena kekurangan makanan dan obat.

(Uu.H-RN)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014