Caracas (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Venezuela Leopoldo Lopez, yang selama ini buron, dengan tenang menyerahkan diri kepada pihak berwajib pada Selasa (18/2) sementara ribuan pendukung pro- dan anti-pemerintah berpawai di ibu kota negeri itu, Caracas.

Presiden Nicolas Maduro -- yang pemerintahannya diserang pemrotes karena kejahatan merebak dan kondisi hidup yang memburuk -- telah melarang pawai oposisi yang diserukan oleh Lopez di Plaza Brion.

Penyerahan diri Lopez menandai titik perubahan dramatis setelah dua pekan aksi unjuk rasa mahasiswa yang penuh ketegangan di negara yang kaya akan minyak itu. Para mahasiswa juga berunjuk rasa dan marah atas penahanan para demonstran.

Ahli ekonomi dari Harvard itu mengatakan kepada ribuan pendukungnya yang semua berpakaian putih-putih bahwa penangkapannya akan memperlihatkan "keadilan tak wajar" di Venezuela dan mengundang sambutan hangat dari massa pengunjuk rasa.

Sementara Maduro berbicara kepada para pekerja minyak pro-pemerintah yang berpakaian merah di bagian barat kota itu. Ia menyatakan bahwa Lopez akan "menjawab seruan-seruannya yang berisi hasutan".

Pemimpin Venezuela itu pekan lalu memerintahkan penangkapan Lopez dengan tuduhan pembunuhan dan penghasut aksi kekerasan setelah bentrokan-bentrokan di jalanan yang rusuh di Caracas yang menyebabkan tiga orang meninggal dunia.

Tetapi pada Selasa dia mengumumkan penggantian kepala badan intelejen nasional setelah memarahi sekelompok dalam badan itu yang tak mengindahkan perintah untuk tetap tinggal di barak selama protes yang mematikan pekan lalu.

Ribuan pendukung Lopez yang tak memperhatikan larangan, muncul berpakaian putih-putih di Plaza Brion setelah dia menyerukan pawai dalam pesan video pada Minggu, berjanji mengambil tindakan jika pemerintah berusaha menahannya.

Lopez yang juga mengenakan pakaian putih-putih tiba-tiba muncul di tengah kerumunan, memanjat patung pahlawan kemerdekaan Cuba, Jose Marti, dengan satu bendera Venezuela.

Setelah menyampaikan pesan singkat kepada para pendukungnya dia menyerahkan diri kepada Garda Nasional.

"Saya menyerahkan diri kepada peradilan yang lalim, kepada peradilan yang korup," kata pria berusia 42 tahun itu.

"Jika penahanan saya membangkitkan rakyat .... ini akan berarti," tambah dia.

Dia dengan tenang berjalan dengan pengawalan satu kendaraan Garda Nasional sementara para pendukungnya mengelilingi kendaraan itu, menghalangi jalan.

Teriakan-teriakan "Kebebasan, Kebebasan!" dan "ini akan jatuh, akan jatuh, pemerintah korup akan jatuh" mengiringi penahanan Lopez.

Menggunakan pelantang suara dari dalam kendaraan, Lopez menyeru pendukungnya untuk tenang.

"Kita mengungkapkan frustasi yang kita rasakan. Negara sedang dalam kekacauan, tidak ada pasokan di dalam rumah sakit, kita sakit dalam ketidakamanan. Saya ingin Venezuela," kata Satle Oviedo, pekerja rumah sakit berusia 27 tahun.

(Uu.M016)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014