Kiev (ANTARA News) - Polisi antihuru-hara menyerbu kamp oposisi utama Ukraina di Kiev Selasa setelah bentrokan sehingga menewaskan sedikitnya tujuh orang di hari paling berdarah dalam tiga bulan protes yang memicu keprihatinan internasional.

Sebelumnya pemimpin oposisi Vitali Klitschko meminta kaum wanita dan anak-anak untuk keluar dari perkemahan di ikon Kiev, Lapangan Kebebasan, saat polisi antihuru hara mulai pengerebekan mereka.

Tetapi sekitar 25.000 pemrotes tetap berada di alun-alun itu setelah berakhirnya ultimatum pukul 18.00 waktu setempat dari pasukan keamanan yang menuntut ketenangan dipulihkan.

Polisi mengatakan lima warga sipil dan dua polisi telah meninggal selama sehari bentrokan yang menjadikan bagian tengah Kiev menjadi zona perang.

Para pengunjuk rasa merebut kembali kendali balai kota Kiev. Sekitar 30 aktivis membuat pengaturan dasar jalur pertolongan di dalam gedung, yang tinggalkan oposisi pada Minggu sebagai bagian dari kesepakatan dengan pihak berwenang, menurut wartawan AFP di tempat kejadian.

Uni Eropa, PBB, AS dan NATO semua menyuarakan keprihatinan atas bentrokan itu. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan dia "sangat khawatir sehubungan eskalasi kegentingan baru ini".

Sekjen PBB Ban Ki-moon menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan melakukan dialog. Sementara Washington mengatakan "terkejut" oleh kekerasan dan mengatakan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych harus "menenangkan situasi".

Kepala NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan ia "sangat prihatin" dan mendesak "semua pihak untuk menahan diri dari melakukan kekerasan dan untuk segera melanjutkan dialog, termasuk melalui proses di parlemen".

Unjuk rasa di negara tersebut terjasi sejak November sejak Presiden Viktor Yanukovych menolak mendukung pakta Uni Eropa dan bersikap lebih dekat dengan Rusia.

Penerjemah: Askan Krisna

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014