Yogyakarta (ANTARA News) - Material vulkanik pascaerupsi Gudung Merapi berpotensi menimbulkan banjir lahar dingin pada musim hujan mendatang terutama di wilayah aliran Kali Gendol dan Opak, Sleman, Yogyakarta. Menurut Kepala Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana Alam (P3BA) Sleman, Ir Muh Mustofa Dipl HE, Senin, material erupsi yang berpotensi menimbulkan banjir lahar dingin itu diperkirakan mencapai delapan juta meter kubik. "Diperkirakan meterial pascaerupsi Merapi tersebut mencapai delapan juta meter kubik," katanya. Mengantisipasi banjir lahar dingin itu, pemerintah setempat telah menggelar pelatihan dasar penanggulangan bencana lahar dingin yang pesertanya adalah masyarakat di sekitar lereng Merapi. Pelatihan dasar penanggulangan bencana lahar dingin yang diselenggarakan di Kaliadem tersebut bertujuan agar para peserta mampu mengantisipasi dan membantu menanggulangi kemungkinan material erupsi Merapi 2006 yang mengarah ke Kali Gendol dan Opak menjadi banjir lahar dingin ketika musim hujan nanti. Pelatihan dasar tersebut mencakup materi kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman dalam penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat, pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) serta evakuasi. Ia mengatakan, untuk memberikan peringatan dini kemungkinan datangnya banjir lahar dingin, Pemerintah Kabupaten Sleman juga memasang alat early warning system (sistem peringatan dini) berupa alat pencatat curah hujan di wilayah Gunung Wutuh dan Klangon. Alat ini dirancang untuk memberikan peringatan dini kepada petugas di Posko Merapi di Pakem apabila curah hujan mencapai volume 50 hingga 60 mililiter per jam. "Curah hujan dengan volume sebesar itu potensial menimbulkan banjir lahar dingin. Selain itu, juga akan dipasang tujuh sirene tanda bahaya di sejumlah lokasi strategis," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006