Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjadwalkan peluncuran satelit mikro yang menjadi langkah awal program pengembangan dan penguasaan teknologi satelit oleh bangsa Indonesia pada Oktober 2006, kata Kepala LAPAN, Dr Adi Sadewo Salatun. Ia mengemukakan hal itu kepada pers seusai Rapat Kerja Kementerian Riset dan Teknologi beserta Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND)-nya dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin Satelit Mikro Indonesia, LAPAN-TUBSAT itu, ujarnya, bermisi melakukan survei bumi dengan resolusi hingga enam meter dari kamera berwarna dan pankromatik sebagai sistem satelit dalam roket (payload)-nya. "Satelit ini membawa video kamera yang bisa dikendalikan langsung dari bawah yang hasilnya real time, sementara teknologi satelit yang terpasang sampai saat ini hanya menjadi image yang satu hingga dua minggu kemudian baru terlihat hasilnya," katanya. Pembangunan satelit mikro yang disainnya dilakukan oleh pakar di Jerman dan dikerjakan di Indonesia itu telah selesai, serta kini berada di ISRO, India untuk diluncurkan bersama satelit India, Carthosat-2. Jika satelit LAPAN-TUBSAT sudah berada di orbit, menurut dia, maka akan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti memantau bencana alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan kebakaran hutan. Satelit mikro tahap I tersebut, lanjut dia, jauh lebih ringan dengan berat hanya 57kg dibanding satelit Palapa buatan Amerika Serikat (AS) yang sekira 400kg. Bahkan, satelit terakhir Telkom-2 yang diluncurkan pada 2005 beratnya hampir dua ton. Selain itu, satelit mikro tersebut menghabiskan biaya senilai Rp10 miliar (setara 1 juta dolar AS) untuk membuatnya, sehingga berbeda jauh dibandingkan harga pembelian satelit Palapa yang mencapai ratusan juta dolar AS. Satelit Tahap II, ujarnya, berupa satelit penginderaan jauh (inderaja), dan lebih ditekankan pada bidang aplikasi, yaitu untuk menunjang program ketahanan pangan nasional. Saat ini, menurut dia, pengembangannya baru sampai pada tahap analisis misi yang diharapkan selesai dibangun pada 2009/2010, ujarnya. Indonesia pertama kali memiliki satelit pada 1976, yaitu Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa A-1 yang diluncurkan di Cape Caneveral, AS, dan buatan Hughes Aircraft Company (AS), serta diluncurkan menggunakan wahana peluncur Delta 2910 menuju orbit 83 derajat Bujur Timur (BT). Program Palapa terdiri atas tujuh satelit Palapa yang diluncurkan berturut-turut, yaitu A1 (9 Juli 1976), A2 (11 Maret 1977), B1 (16 Juni 1983), B2 (26 Februari 1984) yang gagal mencapai orbit disebabkan gangguan teknis pada bagian pendorong (perigee kick motor), B2P (21 Maret 1987) sebagai pengganti satelit B2, Satelit B2R (14 April 1990) yang merupakan satelit Palapa B2 diluncurkan ulang setelah ditarik kembali untuk diperbaiki, serta Satelit B4 (14 Mei 1992). Satelit berikutnya adalah satelit Telkom-1 pada 13 Agustus 1999, dan Telkom-2 pada 17 November 2005 sebagai satelit ke-9 milik Indonesia, namun seluruh satelit itu produksi dan teknologi asing. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006