Berlin (ANTARA News) - Organisasi sepakbola internasional (FIFA) sedang mempertimbangkan Robben Islands di Afrika Selatan sebagai tempat rekonsiliasi antara Zinedine Zidane dan Marco Materazzi, dua pemain yang terlibat pertengkaran di final Piala Dunia 2006 di Jerman. Sepp Blatter, Presiden FIFA, Senin mengatakan, pihaknya akan memilih penjara bersejarah, dimana mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pernah ditahan, sebagai tempat pertemuan kedua pemain itu. "Kami sedang berusaha untuk menghadirkan Materazzi dan Zidane bersama-sama," kata Blatter kepada wartawan menjelang pertemuan di Berlin, yaitu pertemuan para pelatih usai Piala Dunia 2006. "Ada beberapa pilihan dan salah satunya adalah Pulau Robben di Afrika Selatan, dimana Nelson Mandela pernah dipenjara selama 27 tahun," kata Blatter seperti dikutip Reuters. Saat-saat ketika Zidane menanduk dada Materazzi pada final Piala Dunia 2006 pada 9 Juli lalu telah mencoreng citra pesta sepakbola terbesar dunia itu. Aksi Zidane tersebut membuatnya diganjar kartu merah dan Perancis kemudian kalah 3-5 melalui adu penalti. Akibat insiden tersebut, FIFA menjatuhkan denda 7.500 francs Swiss (6.044 dolar AS) kepada Zidane, sementara Materazzi didenda 5.000 francs. Zidane sebelum pertandingan telah mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola sehingga hukuman tiga kali bertanding diganti dengan hukuman layanan masyarakat. Blatter mendukung rencana pertemuan kedua pemain itu dan Tokyo Sexwale, seorang mantan penghuni penjara yang sekarang menjadi anggota panitia Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, menegaskan bahwa pertemuan tersebut bisa dilangsungkan di lokasi penjara. Sunday Times, harian Afrika Selatan melaporkan bahwa Sexwale juga sedang membahas dengan Blatter mengenai kemungkinan Pulau Robben sebagai tempat menjalani hukuman bagi Zidane. "Tempat ini akan mengakhiri kisah antara Materazzi dan Zidane," kata Blatter. "Sangat disayangkan kalau Piala Dunia harus berakhir dengan sebuah kartu merah dan juga adu penalti, tapi kami tidak punya pilihan lain," katanya menambahkan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006