Bangui, Republik Afrika Tengah (ANTARA News) - Dua prajurit penjaga perdamaian Afrika tewas dalam bentrokan akhir pekan dengan milisi di Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah, kata seorang komandan pasukan internasional, Senin.

Kedua prajurit asal Chad itu dan dua gerilyawan dari milisi Kristen tewas dalam bentrokan pada Minggu, kata Martin Tumenta, kepala operasi militer pasukan MISCA yang dipimpin Afrika, kepada AFP.

Seorang prajurit lain Chad cedera serius dalam kekerasan Senin di daerah sama Bangui yang dikenal sebagai lingkungan Combattant.

Tumenta mengatakan kepada AFP, pasukan diserang ketika mereka bepergian dengan berjalan kaki melewati lingkungan itu tanpa izin.

Sabtu, tiga warga sipil Muslim tewas ditembak di Combattant dekat bandara Bangui ketika taksi mereka dihadang oleh massa yang marah.

"Kita punya masalah. Ada senjata, amunisi, granat di kamp pengungsi (dekat Combattant)," kata Tumenta.

"Prioritasnya adalah secepat mungkin membersihkan kamp itu (dimana sekitar 100.000 orang Kristen tinggal)," tambahnya.

Republik Afrika Tengah terjeblos ke dalam kekacauan sejak kudeta koalisi pemberontak Seleka setahun lalu mendudukkan seorang presiden Muslim pertama di negara itu, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Presiden itu kemudian mengundurkan diri.

Koalisi pemberontak Seleka merebut kekuasaan di Republik Afrika Tengah dalam kudeta yang menggulingkan Presiden Francois Bozize setelah perjanjian perdamaian gagal.

Seleka, yang berarti "aliansi", menandatangani sebuah pakta perdamaian pada 11 Januari 2013 dengan pemerintah Presiden Francois Bozize di ibu kota Gabon, Libreville.

Perjanjian yang ditengahi oleh para pemimpin regional itu menetapkan pemerintah baru persatuan nasional, yang telah dibentuk dan kini dipimpin oleh seorang anggota oposisi, Nicolas Tiangaye, dan mencakup anggota-anggota Seleka.

Perjanjian itu mengakhiri ofensif sebulan Seleka yang dengan cepat menguasai wilayah utara dan berhenti antara lain berkat intervensi militer Chad sebelum pemberontak itu menyerbu Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah.

Seleka, sebuah aliansi dari tiga kelompok bersenjata, memulai aksi bersenjata mereka pada 10 Desember 2012 dan telah menguasai sejumlah kota penting di Republik Afrika Tengah. Mereka menuduh Presiden Francois Bozize tidak menghormati sebuah perjanjian 2007 yang menetapkan bahwa anggota-anggota yang meletakkan senjata mereka akan dibayar.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014