Washington (ANTARA News) - Rakyat Amerika Serikat masih trauma pada tragedi 11 September 2001, kisah nekad teroris yang kemudian ditudingkan kepada kelompok Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden, merontokkan dua menara kembar kebanggaan New York dengan pesawat bunuh diri, yang menewaskan ribuan orang. Sehari setelah peringatan tahun ke-lima atas tragedi yang mencengangkan itu, sebuah pesawat United Airlines yang sedang dalam perjalanan dari Atlanta, Georgia, menuju San Fransisco dialihkan ke Dallas, Texas, hanya karena benda mencurigakan yang ditemukan di dalam pesawat tersebut. Sersan Mayor Anthony Hill mengatakan, pilot pesawat United Airlines dengan nomer penerbangan 351 mengalihkan penerbangan pesawat itu karena tas punggung dan ponsel mencurigakan yang tidak diklaim oleh penumpang menyita perhatian. Hill, seorang jurubicara NORAD, komando gabungan AS-Kanada yang bertanggung jawab mempertahankan wilayah udara Amerika Utara, mengatakan, tidak ada pesawat tempur yang ditugasi melakukan pengamanan dalam insiden itu. Tas punggung tanpa klaim itu ditemukan di ruang barang pesawat tersebut, namun dipindahkan sebelum pesawat itu meninggalkan Atlanta. Selama penerbangan itu, sebuah ponsel Blackberry ditemukan dan juga tampaknya tidak ada penumpang yang mengklaim barang itu di pesawat tersebut. Pada peringatan itu, Presiden George W Bush dengan didampingi Ibu Negara Laura Bush, Walikota New York Michael Bloomberg dan keluarga dari hampir 3.000 korban tewas serangan teror hari Senin pagi waktu setempat (Senin malam WIB) memperingati lima tahun serangan 11 September di ground zero New York. Peringatan 11 September itu diikuti dengan empat kali acara mengheningkan cipta. Pertama pada pukul 08.46 saat pesawat American Airlines menabrak menara gedung World Trade Center di kota New York, kedua pada pukul 9.03 saat pesawat kedua, United Airlines, menabrak menara Selatan gedung WTC, ketiga pada pukul 9.59 pada saat gedung menara Selatan roboh, dan yang terakhir pada pukul 10.29 ketika menara Utara gedung WTC roboh, demikian AFP dan Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006