Saya berpikir bahwa segala sesuatunya akan berjalan baik meski anda juga harus bersiap dengan keterlambatan yang mungkin saja terjadi. Itu merupakan tantangan tersendiri
Sao Paulo (ANTARA News) - Brasil benar-benar sedang direcoki repot. Seratus hari jelang perhelatan akbar Piala Dunia 2014, negeri Samba itu terus membenahi dan menyelesaikan pembangunan infrastruktur yang mencakup pembangunan stadion, jaringan informasi teknologi, dan sistem angkutan umum.

Empat dari 12 venue masih belum siap benar, sekurang-kurangnya dua venue masih belum lengkap benar terhitung sekurangnya sampai April. Itu artinya dua bulan sebelum Brasil bersua dengan Kroasia dalam pertandingan pembuka pada 12 Juni.

Pihak penyelenggara terus berpacu dengan waktu untuk merampungkan pembangunan terminal bandara dan sistem angkutan umum, dan membersihkan wilayah sekitar lapangan, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Seorang pejabat dari federasi sepak bola dunia (FIFA) mengungkapkan keprihatinannya setelah ia menyaksikan relatif lambannya pembangunan sarana penunjang perhelatan akbar itu. Ia berharap segala sesuatunya dapat selesai pada waktunya.

"Saya bukan ahli yang mengurusi ketersediaan sarana-sarana Piala Dunia. Saya dapat mengatakan bahwa pekerjaan itu tidak mudah juga," kata Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke kepada para wartawan di Zurich pada akhir pekan lalu.

"Saya berpikir bahwa segala sesuatunya akan berjalan baik meski anda juga harus bersiap dengan keterlambatan yang mungkin saja terjadi. Itu merupakan tantangan tersendiri," katanya.

Valcke, orang yang bertanggungjawab dalam mengurusi soal penyelenggaraan turnamen, merujuk kepada imbauan diplomatik pada 2012 ketika ia mengatakan Brasil memerlukan "dorongan semangat luar biasa".

Presiden Brasil Dilma Rousseff mengulang kembali janjinya bahwa "Piala Dunia tahun ini akan berakhir seperti perhelatan Piala-piala Dunia sebelumnya". Slogan ini dikatakan berulangkali oleh bos FIFA, Sepp Blatter, meski banyak pihak menyebut sikap skeptis dari publik dapat dipahami.

Dua arena bertanding Piala Dunia 2014 kini sedang dalam penyelesaian akhir. Bagian atap Stadion Mineirao di Belo Horizonte runtuh pada pekan ini. Tidak ada korban akibat insiden itu.

Salah satu alasan lambannya pembangunan di Brasil terpulang kepada lambannya pengambilan keputusan penting.

Brasil pernah lima kali menjadi juara dunia. Negeri Samba itu terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 2007. Perlu sekurangnya dua tahun untuk memutuskan kota-kota yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan pesta sepak bola global itu.

Hal lainnya, lambannya pembangunan infrastruktur yang menjadi sangat penting dalam penyelenggaraan Piala Dunia.

Brasil dikenal sebagai negara yang berkembang pesat beberapa dekade belakangan ini. Lebih dari 30 juta orang yang tadinya mengalami kemiskinan kini mereka berubah menjadi kelas masyarakat yang konsumtif.

Para pakar menyatakan tidak cukup tersedia dana bagi investasi pembangunan infrastruktur. Sekurangnya diperlukan satu bandara yang akan menampung kedatangan para tamu dari negara lainnya, karena bandara-bandara baru itu tidak cukup siap.

Banyak kota dari tuan rumah Piala Dunia 2014 itu telah memutuskan hari libur bersama agar mengurai kemacetan lalu lintas.

Lima kota dibebani pekerjaan untuk menambah jalur bus, sementara jaringan telekomuniksi dan media centre terus digarap dari hari ke hari.

"Kami harus melakukan pemasangan seluruh jaringan IT bagi media," kata Valcke. "Tanpa dukungan IT dan tanpa sarana telekomunikasi di stadion maka anda dapat mengatakan pihak penyelenggara kurang bekerja keras," katanya juga.

"Untuk melakukan pemasangan perangkat IT diperlukan sekurang-kurangnya 90 hari, dan kami harus bekerja bagi orang yang memang memerlukan perangkat-perangkat itu," katanya juga.   

Penerjemah: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014