Dakar (ANTARA News) - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, mengatakan bahwa ia yakin perseteruannya dengan Barat soal program nuklir dapat diselesaikan melalui dialog dan ia menyatakan terbuka untuk "syarat-syarat baru". "Kami mendukung dialog dan negosiasi. Kami yakin dapat memecahkan masalah ini dalam konteks dialog dan keadilan bersama," kata Ahmadinejad dalam pertemuan pers hari Kamis saat berkunjung ke Senegal, seperti dilaporkan Reuters. Amerika Serikat sebelumnya hari Rabu mengatakan bahwa Iran secara agresif mengembangkan bom atom dan harus mendapat sanksi sekarang juga, namun Uni Eropa berpendapat belum terlalu terlambat mengadakan pembicaraan lagi untuk memecahkan kebuntuan. Enam negara (AS, Rusia, Inggris, Peranci, China dan Jerman) dalam pernyataannya masing-masing pada pertemuan dewan gubernur badan pewasa nuklir PBB, terlihat masih berbeda pendapat mengenai perlunya segera menjatuhkan sanksi bagi Iran. Seorang menteri Inggris, mengingatkan bahwa Teheran kemungkinan memiliki sumber-sumber untuk memikul beban sanksi. Sebuah pertemuan antara ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa Javier Solana dan negosiator Iran Ali Larijani yang semula dijadwalkan hari Kamis, ditunda tanpa alasan yang jelas. Para diplomat Uni Eropa mengatakan bahwa mereka akan membicarakan suatu tawaran dari Larijani mempertimbangkan penghentian sementara proses pengayaan uranium untuk energi nuklir. Namun jurubicara untuk Solana mengatakan, pembicaraan antara pejabat tingkat rendah Uni Eropa dan Iran masih akan bertemu di Paris. "Sementara belum siap untuk dibawa ke tingkat pejabat tinggi, ada baiknya terus melanjutkan pembicaraan di tingkat ahli," katanya seraya menambahkan bawha Solana dan Larijani kemungkinan akan berbicara per telpon pada hari-hari mendatang. Para pemimpin negara Barat mengecam pengabaian Iran atas batas waktu 31 Agustus yang ditetapkan Dewan Keamanan PBB untuk penghentian kegiatan pengayaan uranium, yang menurut Iran bertujuan untuk memproduksi listrik. Washington menegaskan kepada badan energi atom internasional (IAEA) bahwa penolakan Iran itu seharusnya dilanjutkan dengan langkah pemberian sanksi. Namun tiga negara, Inggris, Perancis dan Jerman, mengabaikan tindakan hukuman dan menyerukan dibukanya kesempatan pembicaraan terakhir meskipun Teheran telah melanggar batas waktu. "Melihat kecenderungan Iran berbuat curang, rendahnya transparansi, sikap provokatif, dan tidak menghormati kewajiban internasional, kita harus melakukan langkah maju untuk membujuk Iran agar melupakan ambisi memiliki senjata nuklir," kata utusan AS Gregory Schulte pada pertemuan IAEA di Wina. "Kami yakin bahwa Iran secara agresif mengejar teknologi, materi dan pengetahuan untuk membuat senjata nuklir. Kini waktunya bagi Dewan Keamanan PBB untuk mendukung diplomasi internasional melalui sanksi internasional," katanya. "Sanksi bukan sebagai tanda berakhirnya diplomasi. Tapi pemimpin Iran harus sadar bahwa pilihan mereka punya konsekuensi." Tiga negara yang punya hak veto di Dewan Keamanan PBB, China, Perancis dan Rusia, serta Jerman dan negara-negara Uni Eropa masih hati-hati dengan sikap memojokkan negara penghasil minyak terbesar keempat di dunia itu. Mereka menginginkan lebih banyak waktu untuk mencapai kompromi diplomatik. (*)

Copyright © ANTARA 2006