Cisarua, Bogor (ANTARA News) - Lembaga Konservasi ex-situ Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor, Jawa Barat (Jabar), kembali menambah koleksi harimau putih (Panthera tigris-tigris), yang termasuk satwa sangat langka di dunia. Juru bicara TSI Cisarua, Nur Syamsiah, kepada ANTARA News di Cisarua, Kamis, menjelaskan bahwa tiga bayi harimau putih dari induk yang bernama Ani (13 tahun) hasil perkawinannya dengan jantan yang bernama Rajib (6 tahun) baru diperlihatkan kepada publik saat ini, setelah lahir pada 11 September 2006 sekira pukul 05.12 WIB. "Umumnya, satwa-satwa langka yang baru melahirkan memerlukan adaptasi dan penanganan medis, sehingga untuk dapat diketahui publik memerlukan waktu, dan baru sekarang kita perlihatkan pada publik luas," katanya. Ia mengemukakan, Ani melahirkan secara normal atau alami ketiga anaknya itu, sedangkan masa hamil bagi harimau putih sekira 110 hari, dan bobot anak-anaknya mencapai 550 gram per bayi saat lahir. Sehari menjelang melahirkan, Ani terlihat tidak mau makan dan lemas, namun proses melahirkannya berjalan lancar, dan saat ini ia terus menyusui anak-anaknya. Dijelaskannya, harimau putih setiap harinya makan daging sapi sebanyak 5,7 kilogram, dan kelahiran tiga bayi itu menambah koleksi yang ada di TSI Cisarua menjadi sekitar 36 harimau putih. Dari referensi sejarah, kata Nur Syamsiah, satwa itu untuk pertama kalinya ditemukan pada tahun 1957 di hutan India oleh seorang raja bernama Rewa. Kemudian raja tersebut membawa Harimau putih dimaksud ke istana, dan diberi nama "Mohan" yang dalam bahasa India berarti "sesuatu yang menakjubkan". Harimau putih tersebut dikawinkan dengan harimau benggala loreng yang juga masih satu spesies, kemudian dari hasil perkawinannya tersebut menghasilkan gen putih yang kemudian diberi nama "Begum". Masyarakat India meyakini bahwa harimau putih tersebut masih keturunan dewa. Satwa langka yang juga menjadi salah satu koleksi kebanggaan TSI Cisarua itu pertama kali didatangkan dari Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat (AS), pada 1989, kemudian diberi nama "Srikandi" untuk yang berkelamin betina. Beberapa bulan kemudian, TSI kembali mendatangkan jantannya yang diberi nama "Manggala", yang didatangkan dari Kebun Binatang Minnesota, AS. Keduanya ditempatkan di "Baby Zoo" dengan kandang peragaan berbentuk Istana Taj Mahal. Kedua Harimau itu dikawinkan, sehingga akhirnya Manggala dan Srikandi berhasil berkembangbiak hingga Srikandi melahirkan tiga bayinya. Sebagai lembaga konservasi ex-situ, kata Nur Syamsiah, TSI tidak bosan-bosannya mengajak masyarakat luas untuk ikut berpartisipasi dalam program "Orang Tua Asuh Satwa" guna membantu melestarikan satwa yang hampir punah itu. "Untuk menggaungkan program itu, TSI sempat mendapat respons dari berbagai kalangan, termasuk salah satunya adalah dari pedangdut terkenal Inul Daratista, karena salah satu gajah Sumatera yang lahir diberi nama Inul, dan Inul Daratista sendiri pernah datang dan bersedia membantu program tersebut," demikian Nur Syamsiah. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006