Islamabad (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif menyatakan, Jumat, pemerintah bertekad mencapai perdamaian melalui dialog dengan Taliban namun memperingatkan bahwa operasi militer bisa dilakukan jika perundingan gagal.

Pemerintah hari Kamis mengumumkan membentuk sebuah komite baru untuk mengadakan perundingan langsung dengan Taliban dalam upaya mempercepat proses perdamaian, lapor AFP.

Dialog yang bertujuan mengakhiri kekerasan tujuh tahun yang merenggut ribuan jiwa dimulai lagi Rabu setelah penghentian dua pekan karena militan membunuh 23 prajurit yang diculik.

Kekerasan militan yang terus berlangsung, termasuk serangan penembakan dan bom bunuh diri di sebuah kompleks pengadilan Islamabad yang menewaskan 11 orang pada Senin, mengancam mengacaukan proses itu.

Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) membantah melakukan serangan itu, dengan menekankan bahwa gencatan senjata yang mereka umumkan akhir pekan lalu tetap berlaku, dan Menhan Asif mengatakan bahwa dialog tetap menjadi pilihan utama pemerintah.

"Perundingan tetap menjadi prioritas utama hari ini untuk menciptakan perdamaian di negara," katanya di saluran televisi Geo.

"Namun, jika tidak ada kemajuan dalam pembicaraan dan mereka gagal memenuhi tujuan, maka kami bisa melakukan operasi militer," tambahnya.

Perundingan itu, yang dimulai Februari, merupakan janji kampanye utama Nawaz Sharif sebelum ia terpilih menjadi PM untuk yang ketiga kali pada tahun lalu.

Lebih dari 110 orang tewas dalam kekerasan militan sejak Sharif mengumumkan sebuah tim untuk perundingan pada akhir Januari.

Pengumuman itu disampaikan pada masa ketika banyak orang mengharapkan ofensif militer penuh di Waziristan Utara, salah satu dari tujuh daerah di kawasan suku semi-otonomi Pakistan, dimana Taliban dan militan terkait Al Qaida memiliki pangkalan-pangkalan yang digunakan untuk merencanakan serangan di Afghanistan.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.

Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014