Palembang (ANTARA News) - Bidang energi merupakan sektor paling diminati oleh para investor Timur Tengah (Timteng) yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Mereka lebih berminat pada bidang energi termasuk minyak dan gas, pertambangan umum, dan kelistrikan karena mereka memang sudah memiliki pengalaman di bidang-bidang tersebut, kata Direktur Timteng, Departemen Luar Negeri, Aidil Chandra Salim, dalam sebuah seminar tentang Timteng di Palembang, Jumat. Menurut dia, secara umum ada empat sektor yang menarik perhatian investor Timteng yakni sektor keuangan, real estate, industri dan retail dan dari empat sektor itu yang paling diminati adalah energi. Di Indonesia, para investor Timteng banyak tertarik pada sektor infrastruktur, termasuk listrik dan air, tambang dan energi dan transportasi. Selain itu mereka juga berminat pada sektor sumber daya alam, pertanian dan jasa keuangan, katanya. Dikatakannya, sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden RI ke Timteng, Pemerintah merencanakan serangkaian road show antara lain ke Jeddah (Arab Saudi) dan Dubai (PEA) dengan menggelar "Middle East Investor Forum for Indonesia" pada pertengahan bulan ini. Menteri BUMN pada pertengahan September ini akan membawa sekitar 25 BUMN yang besar-besar dari semua sektor ke Timteng, ujarnya Adapun sektor yang akan dipromosikan adalah manufaktur, infrastruktur, transportasi, energi, pertambangan, konstruksi dan properti. Diperkirakan dari total lebih 220 miliar dollar Amerika Serikat yang disediakan oleh negara-negara di kawasan, baru sekitar 12 miliar dollar AS yang diserap Indonesia dan baru sekitar 200 juta dollar AS yang direalisasikan penggunaanya. Para penyedia dana di Timteng bahkan telah mendesak Indonesia agar segera memanfaatkan dana yang telah dialokasikan khususnya untuk pembangunan infrastruktur dan proyek kelistrikan. Negara-negara teluk saat ini hendak memperluas dan mendiversifikasi investasinya di kawasan Asia, termasuk investasi jangka panjang. Saat ini negara-negara Teluk memegang sekitar 50 persen dari total aset pasar keuangan Islam dunia yang diperkirakan mencapai 700 miliar dollar AS, ungkapnya. Ia mengakui, ada beberapa hambatan, sebagian pemodal Timteng khususnya Arab Saudi memiliki keengganan untuk terlibat langsung dalam proses penanaman modal. Mereka menghendaki proyek-proyek yang sudah atau hampir rampung dengan membeli saham-saham proyek tersebut. Mereka juga lebih senang menempatkan dananya pada portfolio dengan membeli saham melalui Bursa Efek Jakarta. "Kita juga sudah memfasilitasi agar bursa saham Jakarta bisa disambung dengan tiga bursa saham yang besar disana yaitu Bahrain, Dubai dan Kuwait," kata Aidil. Kalau itu sudah tersambung, mungkin aliran dana akan lancar ke Indonesia, tambahnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006