Jakarta (ANTARA News) - Media-media masa terkemuka dunia, termasuk CNN, BBC dan Aljazeera, terus mewartakan perkembangan seputar pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines Nomor Penerbangan MH370 yang hilang di antara Selat Malaka di barat Malaysia hingga Laut China Selatan di sebelah timur negeri itu.

Media-media internasional ini juga berlomba menyajikan analisis-analisis mengenai nasib pesawat yang disebut salah satu paling aman di dunia tersebut.

Analisis-analisis itu termasuk kemungkinan penyebab pesawat tersebut hilang, dan salah satunya adalah yang dituliskan CNN.com yang menyampaikan empat skenario di balik hilangnya MH370.

Berikut empat skenario CNN ini seperti dikutip dari lamannya cnn.com.

Skenario 1: Kerusakan mesin

Tidak adanya puing pesawat menunjukkan pilot mungkin terpaksa membelokkan pesawat dan mendaratkannya di permukaan air tanpa merem yang akhirnya karam ke dasar samudera.
Masalahnya, kata mantan pilot Boeing 777 Keith Wolzinger, "Mengapa tak ada satu pun sinyal darurat terkirim? Pesawat ini memiliki kemampuan untuk meluncur lebih dari 100 mil dan mendaratkan perutnya di atas air dengan kedua mesinnya".

Lalu, seorang pejabat Angkatan Udara Malaysia mengatakan radar militer telah mendeteksi pesawat itu berbalik arah dari rute seharusnya menuju Selat Malaka yang ratusan mil dari rutenya.
"Mungkin memang ada masalah pada mesin, tapi masih ada mesin cadangan.  Sistem mesin cadangan ini dirancang (beropersi sampai) satu jam. Ini alamiah untuk pilot, kembali ke tempat yang dia tahu," kata Kit Darby, konsultan penerbangan dan mantan kapten maskapai United Airlines.  "Jadi berbalik arah itu logis, namun sekitar satu jam kemudian, pesawat tidak lagi bisa terbang."

MH370 punya masalah pada salah satu sayapnya namun kemudian diperbaiki Boeing dan pesawat ini aman untuk terbang, kata CEO Malaysia Airlines Ahmad Jauhari Yahya.
Namun bagi Wolzinger, kendati telah diperbaiki dan diperbaiki kembali, kerusakan itu adalah peringatan untuk berhati-hati. Kendati begitu para pakar sepakat bahwa Boeing 777 adalah salah satu pesawat yang paling aman di dunia.

Skenario 2: Pembajakan

Data dari radar menunjukkan bahwa pesawat berbalik arah ke Kuala Lumpur. Lalu, apakah ini petunjuk ada pembajak yang memerintahkan pesawat mengubah arah?
Yang jadi masalah untuk pertanyaan ini adalah sejauh ini tidak ada satu pun laporan awak pesawat telah mengirimkan sinyal pembajakan telah berlangsung di pesawat ini.
Beberapa pakar mengatakan tiadanya sinyal itu mungkin memang disengaja, namun yang lain menyebut kesalahan mesin bisa saja membuat pilot tak bisa melaporkan masalah yang dihadapinya.

Fakta lainnya adalah pesawat berhenti mengirimkan kode identifikasi transponder sebelum hilang.
Dalam soal ini John Goglia yang mantan anggota Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) mengatakan "mengingat pesawat ini memiliki begitu banyak sistem elektrikal di dalamnya, reaksi pertama saya adalah mungkin seseorang mematikan sinyal ada pembajakan.
"Pilot tak akan melakukan itu. Seseorang yang tak ingin terlihat sangat mungkin melakukannya."

John Ransom, pensiunan pilot dan konsultan keamanan pesawat, juga mencium hal yang mencurigakan. "Ini adalah pesawat yang sangat modern dengan dilengkapi banyak kemampuan untuk berkomunikasi dengan dunia luar," kata dia. "Menghentikan semua kemampuan ini secara bersamaan adalah hasil kerja seseorang yang sungguh telah mempelajari sistem ini yang mengetahui bagaimana mematikan semua sistem pada waktu bersamaan."
Peter Goelz, mantan direktur pelaksana NTSB, menguatkan ini dengan menyebutkan mematikan transponder adalah proses yang disengaja. "Jika seseorang melakukan ini di kokpit maka orang itu melakukannya demi mengaburkan rute penerbangan."
Goezl melanjutkan, apakah seseorang dalam kokpit selain awak pesawat telah menyuruh transponder dimatikan dan lalu pesawat berbalik arah?  Atau apakah salah seorang pilot pesawat itu melakukannya atas kehendaknya sendiri?"

Skenario 3; Kesalahan pilot


Fakta yang ada adalah sejauh ini tidak ada indikasi kesalahan pilot telah menyebabkan pesawat itu hilang, namun sejumlah pakar membandingkan kejadian MH370 ini dengan jatuhnya Air France Penerbangan 447 pada 2009 yang karam ke Samudera Atlantik dalam rute dari Brasil ke Paris untuk menewaskan semua dari 228 penumpang dan awaknya.
Setelah penyelidikan mahal selama dua tahun, puing Airbus A330 milik maskapai Prancis itu akhirnya ditemukan, sedangkan rekaman suara dan data pesawat diteliti.
Hasilnya penyelidik Prancis menyebutkan awak pesawat  gagal memahami situasi stall (pengurangan tiba-tiba di lift karena pilot meningkatkan sudut sayap dan melebihi sudut kritisnya) sehingga tidak melakukan manuver recovery.
Yang menjadi masalah adalah MH470 berada pada cuaca yang baik dan tidak menghadapi ancaman stall seperti dihadapi Air France 447.

Skenario 4: Serangan teroris

Fakta menyebutkan, ada dua penumpang dua paspor curian dalam MH370. Interpol mengindentikasi kedua penumpang itu sebagai Pouri Nourmohammadi (18) dan Delavar Seyed Mohammad Reza (29), keduanya berkewarganegaraan Iran.
Polisi Malaysia yakin Nourmohammadi tengah mencoba beremigrasi ke Jerman dengan menggunakan paspor Austria curian. Penyelidik Malaysia dan juga Interpol menepis kedua orang ini terkait dengan organisasi teroris. "Makin banyak informasi yang kami dapat, makin besar kecenderungan kami untuk menyimpulkan bahwa ini bukan insiden teroris," kata Sekretaris Jenderal Interpol Ronald Noble.
Yang pasti insiden paspor curian ini mengekspos masalah pada sistem keamanan penerbangan di Malaysia.  Direktur CIA John Brennan juga tak ingin cepat-cepat menyebut kaitan MH370 dengan terorisme.

Fakta lain bahwa ini bukan aksi terorisme adalah tidak ada organisasi teror yang menyatakan bertanggungjawab atas hilangnya MH370. Tapi, Shawn Henry, mantan pejabat FBI, punya jawaban sendiri, "Mungkin ada alasan lain yang membuat teroris tidak berbicara dulu.  Jika ini insiden teroris, dan jika ini bagian dari aksi terorisme lebih besar, apapun alasannya, teroris tidak akan berbicara dulu, namun nanti."

Fakta berikutnya, tidak ada puing sisa Boeing 777 yang menunjukkan sisa ledakan bom. Namun Robert Francis, mantan wakil ketua NTSB, memaparkan, "Untuk beberapa alasan pesawat itu meledak di udara, tak ada sinyal, tak ada  apapun. Fakta bahwa pesawat itu hilang dari radar tanpa peringatan menunjukkan ada hal sangat luar biasa yang tak pernah terjadi sebelumnya."

Lalu, jika meledak di udara, apakah teknologi satelit bisa menangkap citra percikan atau sinyal panas inframerah dari ledakan itu?  Sangat tidak mungkin, jawab pakar satelit Brian Weeden yang bertahun-tahun menjejak sampah antariksa di orbit untuk Angkatan Udara AS.
Sejumlah satelit pemerintah dan swasta yang mengorbit Bumi, mengamati Bumi dari jarak 300 km sampai 1.500 km.  Ini jarak yang jauh, apalagi ini membutuhkan waktu dan lokasi orbit yang tepat yang berbarengan dengan terjadinya ledakan.
Tapi, kata Weeden, sebuah satelit super-rahasia milik AS yang mengorbit 22.000 mil dari Bumi  mungkin bisa menangkap bukti ledakan.  "Kami tahu misi satelit ini untuk mendeteksi peluncuran misil balistik melalui panas," kata Weeden. "Tapi kami tak tahu apakah satelit ini cukup peka untuk menjejak sesuatu seperti ledakan bom, bahkan jika ledakan itu sudah terjadi."
Kemudian muncul pertanyaan: Apakah pemerintah (AS) ragu merilis citra seperti itu karena khawatir mengungkapkan kemampuan ultra-rahasia dari sistem satelit tersebut?

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014