Parpol harus merekrut politikus yang berkualitas memikirkan pembenahan bangsa daripada kekuasaan,"
Jakarta (ANTARA News) - Partai politik (parpol) diingatkan agar mewaspadai politikus yang hanya memikirkan jabatan dan kekuasaan daripada pembelajaran proses demokrasi.

"Parpol harus merekrut politikus yang berkualitas memikirkan pembenahan bangsa daripada kekuasaan," kata pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Zuhro saat dikonfirmasi di Jakarta Jumat.

Ia mencontohkan politikus "kutu loncat" cenderung memiliki sifat mementingkan jabatan dan kekuasaan dibanding pengabdian terhadap negara dan masyarakat.

Ia menuturkan pelaku politik yang pindah parpol juga terindikasi mencari kepentingan sesaat yang berpotensi mencederai sistem demokrasi.

Sementara itu, pengamat politik Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow menambahkan politikus yang pindah partai cenderung mencari "perahu" yang dapat mengakomodir kepentingan.

"Bahkan mereka berani mengeluarkan dana besar untuk mencapai keinginannya," ungkapnya.

Pada kondisi tersebut, Jeirry mengatakan parpol akan menerima politikus yang rela mengeluarkan dana besar karena menguntungkan untuk biaya operasional Pemilu.

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat memutuskan gabung dengan PDI Perjuangan setelah bersama Partai Demokrat.

Jumhur juga sempat bersatu dengan Partai Bintang Reformasi (PBR) kemudian pindah ke Partai Serikat Indonesia.

Direktur Utama Lion Air Group Rusdi Kirana memilih bergabung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) setelah ditolak masuk ke Partai Demokrat.

CEO MNC Group Hary Iswanto Tanoesoedibjo yang sempat bergabung Partai Nasional Demokrat (NasDem) pindah ke Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).(*)

Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014