Mogadishu (ANTARA News) - Gerilyawan Al-Shabaab Somalia hari Rabu mengidentifikasi pelaku serangan bom mobil bunuh diri di sebuah kota yang belum lama ini dikuasai pasukan Uni Afrika sebagai seorang pria Somalia usia 60 tahun yang memiliki kewarganegaraan Norwegia.

Pemboman di Buulo Burde di Somalia selatan pada Selasa ditujukan pada sebuah hotel yang ramai dikunjungi aparat militer dan dilakukan setelah serangan oleh militan bersenjata Al-Shabaab yang menewaskan sejumlah orang, kata beberapa pejabat, lapor AFP.

"Penyerang Buulo Burde adalah seorang pria usia 60 tahun yang datang dari Norwegia untuk memerangi musuh Allah," kata juru bicara militer Al-Shabaab Sheikh Abdul Aziz Abu Musab kepada AFP, dengan mengidentifikasi penyerang sebagai Abdullahi Ahmed Abdulle, seorang warga Norwegia keturunan Somalia.

"Ia mengorbankan diri agar bisa dekat kepada Allah dengan membunuh musuh-musuhnya. Peristiwa itu menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada batas usia bagi jihad," tambah juru bicara itu.

Pemboman itu merupakan serangan terakhir yang dilakukan Al-Shabaab, yang tampaknya dilancarkan untuk membalas ofensif baru terhadap daerah-daerah Somalia yang masih mereka kuasai.

Pasukan Uni Afrika (AU), yang bersama-sama pasukan Somalia memerangi Al-Shabaab, merebut kota kecil itu dari gerilyawan pada pekan lalu.

Pasukan AU bulan ini meluncurkan ofensif baru terhadap pangkalan-pangkalan Al-Shabaab, dan militan melarikan diri menjelang serangan itu, kemudian melancarkan serangan-serangan gerilya.

Gerilyawan Al-Shabaab menguasai sebagian besar wilayah Somalia selatan dan tengah namun kemudian meninggalkan posisi-posisi mereka di Mogadishu dua tahun lalu.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB.

Kelompok itu menggegerkan dunia tahun lalu dengan serangan di pusat perbelanjaan di Nairobi, Kenya, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.

Penyerang menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam pertikaian dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.

Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.

Pasukan Kenya menyerang pangkalan-pangkalan Al-Shabaab sejak dua tahun lalu dan kemudian bergabung dengan pasukan Uni Afrika berkekuatan 17.700 orang yang ditempatkan di Somalia.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014