Bandarlampung, (ANTARA News) - Manajemen pengelola Pusat Penangkaran Badak Sumatra (Suaka Rhino Sumatra/SRS) di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Kabupaten Lampung Timur, menyatakan tetap harus membatasi kunjungan masyarakat umum agar tidak sampai mengusik keberadaan satwa langka dilindungi di sana. Menurut Site Manager SRS TN Way Kambas, drh Marcellus Adi CTR, yang dihubungi ANTARA Bandarlampung, Selasa (19/9) setiap kali pihaknya menerima permintaan berkunjung dari berbagai pihak untuk dapat melihat langsung keberadaan badak liar di sana, segala sesuatu perlu disiapkan agar kunjungan itu terbatas dilakukan pada lokasi tertentu saja. Marcellus mencontohkan, seperti kunjungan para turis dan kalangan pejabat pemerintah pada Festival Krakatau tahun 2006 yang baru lalu --kunjungan para turis dan peserta FK dialihkan dari kawasan Anak Gunung Krakatau ke SRS TNWK-- membuat pengelola SRS memberikan sejumlah pembatasan yang diperlukan. "Kami sudah siapkan situasi yang tidak mengganggu aktivitas badak liar di sini, seperti tidak akan ada mobil-mobil yang masuk SRS dan tidak ada pula pengunjung yang masuk sampai ke area satwa di sana," ujar Marcellus lagi. Para pengunjung hanya diperbolehkan masuk sampai visitor center SRS, yang bisa masuk ke kantor SRS pun hanya beberapa tamu penting saja. Itupun untuk makan dan beristirahat. "Pokoknya semua kegiatan dipusatkan di visitor centre," kata Marcellus. Dia menegaskan, kunjungan --termasuk para wartawan dan pejabat-- untuk melihat badak yang ada di SRS itu tetap akan sangat dibatasi. "Kami nggak mau ambil risiko terjadi sesuatu terhadap badak-badak yang ada di sini," kata Marcellus memberikan alasan pembatasan tersebut. Ratusan hektare areal penangkaran Badak Sumatra bercula dua (Dicerorhinus sumatranus) telah beroperasi sejak beberapa tahun di areal TNWK dengan dukungan sejumlah lembaga internasional peduli kelestarian badak jenis langka dan dilindungi di dunia itu. Namun keberadaan SRS yang hingga kini mengurus badak-badak untuk proses penangkaran dan pembiakan semi-alami di habitatnya itu --belum berhasil berbiak sampai sekarang-- juga terus mendapatkan `sorotan` tajam dari sejumlah aktivis lingkungan. Sorotan tajam terjadi pula ketika SRS menerima pengiriman seekor badak ("Rossa") yang kedapatan sering "keluyuran" keluar kawasan hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) untuk bergabung dengan badak lain di SRS TNWK itu. Padahal banyak pihak masih menghendaki sebaiknya Rossa dilepas kembali di habitat aslinya di TNBBS. Kendati demikian, pengelola SRS tetap bertekad menyumbangkan banyak hal penting yang selama ini masih menjadi rahasia dan misteri terkait seluk beluk kehidupan dan pembiakan badak-badak itu bagi kepentingan ilmu pengetahuan, kebaikan umat manusia maupun tujuan pelestariannya.(*)

Copyright © ANTARA 2006