Jakarta (ANTARA News) - Kapal nelayan tradisional berbendera Indonesia, KM Super Jaya, yang ditembak petugas perbatasan Malaysia dengan tuduhan melintas batas masih berada di dalam wilayah Indonesia. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Pelaksana Tugas Harian Direktur Jenderal Asia Timur Pasifik Departemen Luar Negeri (Deplu) Bali Maniaga seusai menerima Duta Besar Malaysia Dato` Zainal Abidin Zain di kantornya, Selasa. "Dari koordinat yang disampaikan oleh angkatan laut kita, kapal nelayan tradisional itu masih berada di wilayah Indonesia," katanya. Pada Minggu (17/9) sekitar pukul 08.00 WIB petugas perbatasan Malaysia melepaskan tembakan peringatan ke arah kapal nelayan tradisional berbendera Indonesia, KM Super Jaya. Insiden tersebut mengakibatkan dua nelayan terluka parah, satu orang di antaranya berada dalam kondisi kritis. "Peristiwanya terjadi di dekat Kepulauan Berhala Selat Malaka," ujarnya. Bali menjelaskan bahwa kapal nelayan yang berangkat dari Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara, tersebut biasanya memang beroperasi di daerah tersebut. Oleh karena insiden tersebut maka Pemerintah Indonesia menyampaikan protes keras kepada Malaysia. "Kita anggap telah terjadi penggunaan kekerasan berlebihan kepada pihak sipil tidak bersenjata," katanya. Melalui nota protes tersebut, Pemerintah Indonesia berharap agar tiga hal yaitu, klarifikasi dari Pemerintah Malaysia mengenai penggunaan kekerasan yang berlebihan, kerjasama agar peristiwa serupa tidak terulang dan tanggapan serius kepada korban. Saat ditanya mengenai kemungkinan Pemerintah Indonesia meminta Malaysia menjatuhkan sanksi hukum kepada pelaku penembakan, Bali mengatakan, belum sampai sejauh itu. Seluruh korban dari insiden tersebut ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit di Medan, Sumatra Utara. Dugaan melintasi perbatasan bukan pertama kalinya dituduhkan pada nelayan tradisional Indonesia, sebelumnya sejumlah kapal nelayan tradisional Indonesia juga dituduh melintasi perbatasan di Australia dan Papua Nugini. Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda beberapa waktu lalu, mengingat tidak terdapat patok-patok yang menunjukkan batas di laut maka bisa terjadi kesalahan di lapangan. "Bisa jadi nelayan Indonesia melintas batas tanpa sadar atau aparat negara lain tidak mengetahui batas laut secara pasti," kata Menlu saat berkomentar mengenai insiden penembakan oleh tentara perbatasan Papua Nugini. Bulan lalu, Pemerintah Papua Nugini (PNG) menyampaikan permintaan maaf dan memberikan klarifikasi mengenai peristiwa penembakan terhadap WNI oleh tentara PNG atas dugaan melintas batas yang mengakibatkan satu orang meninggal dan dua luka-luka.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006