London (ANTARA News) - Bayi-bayi yang baru lahir di Jalur Gaza berisiko terkena hypothermia, akibat suhu udara yang membekukan dan terputusnya pasokan listrik, yayasan bantuan Inggris Save the Children memperingatkan, Senin.
    
Sebagian besar rumah dan rumah sakit di Jalur Gaza, tempat suhu udara pada waktu malam anjlok hingga ke titik beku, sekarang tanpa listrik dan tidak memiliki pemanas, kata yayasan itu, sambil menambahkan orang-orang membiarkan jendela terbuka untuk mencegah kaca jendela pecah karena pemboman.
    
"Kita perlu mengirim lebih banyak makanan dan selimut untuk menjamin bahwa anak-anak tidak mati kelaparan atau kedinginan," kata jurubicara Save the Children yang bermarkas di Jerusalem, Dominic Nutt, seperti dikutip AFP dari  pernyataan yayasan.

Mengenai misi Uni Eropa di kawasan itu, ia mengemukakan, "Kami ingin (PM Inggris) Gordon Brown dan semua pemimpin Eropa agar mendesak dicapainya gencatan senjata supaya kami mendapat akses aman pada orang-orang yang membutuhkan bantuan di Jalur Gaza.
    
"Orang juga harus dapat bergerak dengan bebas dan aman, sehingga mereka dapat memberikan keluarga  mereka pangan bila sudah tersedia."
    
Dokter Shaul Dollberg, guru besar pediatrik di Universitas Tel Aviv, seperti dikutip badan amal itu mengatakan, "Ada potensi nyata pada anak-anak di Jalur Gaza akan terkena hipothermia, khususnya pada bayi-bayi yang baru lahir."
    
"Bayi yang baru lahir membutuhkan suhu udara lebih tinggi untuk bertahan hidup," katanya.
   
Staf Save the Children di Jalur Gaza telah mengirim makanan ke sekitar 6.000 keluarga yang sangat kelaparan di wilayah itu, penyataan tersebut menambahkan.
    
"Staf kami mempertaruhkan hidup mereka untuk mengirim bantuan pangan. Dua staf telah mendapati rumah mereka rusak berat dalam pemboman. Tak seorang pun selamat," kata Nutt.
    
"Namun kita benar-benar harus berbuat semampu kita untuk melindungi anak-anak dan bayi-bayi dari konflik ini."
    
Peringatan itu tiba ketika tentara Israel memperketat cengkeraman militer mereka di Jalur Gaza dengan serangan udara baru dan pertempuran darat sementara Eropa memimpin upaya diplomatik untuk menjamin tercapainya gencatan senjata. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009