Sayang saya tak dapat mengonfirmasi bahwa Rusia menarik pasukannya; inilah yang tidak kami lihat."
Brussel (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan Selasa dia tidak dapat mengonfirmasi penarikan tentara Rusia dari dekat perbatasan Ukraina seperti diumumkan oleh Kremlin.

"Sayang saya tak dapat mengonfirmasi bahwa Rusia menarik pasukannya; inilah yang tidak kami lihat," kata Rasmussen kepada wartawan menjelang pertemuan para menteri luar negeri anggota NATO mengenai krisis itu di Ukraina, lapor AFP dan Reuters.

Ukraina dan Amerika Serikat telah menuding Rusia memobilisasi ribuan tentara dekat perbatasan itu dan menyatakan khawatir bahwa Moskow bermaksud menguasai bagian-bagian di tenggara Ukraina yang merupakan wilayah dengan warga etnis Rusia lebih banyak menyusul pengambilan Krimea.

Kantor Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Presiden Rusia Vladdimir Putin telah secara pribadi memberitahunya mengenai penarikan tentara itu dalam pembicaraan telepon pada Senin, dan Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier menyebut langkah itu "satu isyarat kecil bahwa ketegangan berkurang".

Ukraina juga melaporkan Senin bahwa pasukan Rusia meninggalkan kawasan yang genting itu.

Para menteri dari negara-negara anggota NATO bertemu di markas aliansi pertahanan itu di Brussel untuk mengambil tanggapan atas aneksasi Krimea oleh Rusia bulan lalu.

Tapi ketika pembicaraan dimulai, NATO tampaknya mengambil langkah mundur dari memperkuat kehadiran militernya di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia, lebih memilih memberikan waktu untuk diplomasi.

"Saya pikir setiap orang menyadari bahwa cara terbaik ialah dialog politik dan diplomatik," kata Rasmussen, walau dia menambahkan NATO "bertekad menyediakan pertahanan dan perlindungan efektif bagi sekutu-sekutu kami".

Dari Moskow kantor berita Reuters melaporkan Rusia memperingatkan Ukraina terhadap integrasi dengan NATO Selasa, dengan menyatakan usaha-usaha Kiev sebelumnya untuk lebih dekat dengan blok itu telah memperburuk hubungan dengan Rusia dan menyebabkan masalah antara Moskow dan aliansi pertahanan itu.

"(Usaha-usaha lalu) menjurus pada pembekuan kontak politik Rusia-Ukraina, suatu kepusingan antara NATO dan Rusia ... mengarah pada perpecahan dalam masayarakt Ukraina," kata Kementerian Luar Negeri Rusia sementara para menteri luar negeri anggota NATO bersidang di Brussel.

Diperingatkan bahwa masa depan hubungan ekonomi antara Moskow dan Kiev "akan bergantung banyak pada aksi yang diambil Ukraina dalam kebijakan luar negerinya".

Pernyataan tersebut menggarisbawahi sensitivitas Rusia terhadap kontak-kontak antara NATO, bekas musuh Perang Dingin Moskow dan Ukraina. Hubungan Rusia dengan Ukraina telah memburuk sejak penggulingan Viktor Yanukovich dari kursi presiden pada 22 Februari. Yanukovich memperoleh dukungan dari Moskow.

Moskow melihat Ukraina, satu negara bekas Republik Soviet, sebagai bagian dari lingkungan pengaruh tradisionalnya dan menginginkan klausul netralitas dicakup dalam konstitusi Ukraina untuk mencegahnya bergabung dengan NATO.

Ukraina menginginkan keanggotaan NATO selama pemerintahan Presiden Viktor Yushchenko dari 2005 hingga 2010. Kremlin telah berusaha, dimana mungkin, untuk membuat negara-negara penyangga antara Rusia dan NATO.


Pelatihan Militer

Parlemen Ukraina pada Selasa menyetujui sejumlah pelatihan militer gabungan dengan negara NATO, yang menempatkan pasukan Amerika Serikat berada dekat dengan pasukan Rusia di semenanjung Krimea.

"Itu kesempatan baik untuk membangun angkatan bersenjata kita," kata penjabat Menteri Pertahanan Mykhailo Koval kepada anggota parlemen Verkhovna Rada menjelang pemungutan suara 235 setuju tanpa ada yang menentang.

Keputusan itu dibuat saat menteri luar negeri anggota NATO berkumpul di Brussels untuk menghadiri pertemuan dua hari, yang didominasi tentang peningkatan kekuatan pasukan Rusia belum lama ini di dekat Krimea, yang pejabat AS perkirakan mencapai sekitar 40.000 tentara.

NATO telah berusaha memperkuat perbatasan timurnya setelah Rusia mengambil alih semenanjung Laut Hitam Ukraina dan di tengah-tengah kekhawatiran tentang kebijakan luar negeri Rusia yang berani.


Penerjemah: Mohamad Anthoni

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014