Yogyakarta (ANTARA News) - Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bekerja sama dengan Karlsruhe Institute of Technology, Jerman, mengembangkan teknologi menaikkan air dengan menggunakan pompa yang difungsikan sebagai turbin.

"Pompa yang dirancang khusus menaikkan air dari kedalaman 100-200 meter di bawah permukaan tanah itu menggunakan sumber energi dari aliran air," kata peneliti Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Suhana di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, teknologi alternatif itu bisa dijadikan pembangkit listrik tenaga mikrohidro untuk daerah yang belum dialiri listrik atau mengangkat air di daerah perbukitan sulit air.

"Cara kerja pompa turbin itu mengandalkan potensi air melalui sudu-sudu pompa yang kemudian diubah menjadi energi mekanik berupa putaran poros," kata dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM itu.

Selanjutnya, kata dia, energi mekanik putaran poros tersebut digunakan untuk menggerakkan pompa berikutnya agar menaikkan air sampai dengan ketinggian tertentu.

Ia mengatakan pompa tersebut mampu mengangkat air dengan kedalaman 100-200 meter di bawah permukaan tanah seperti yang pernah dilakukan di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Jika pompa air kebanyakan menggunakan sumber energi dari bahan bakar minyak atau panel surya, teknologi pompa turbin hanya menggunakan sumber daya dari air itu sendiri," katanya.

Selain menggunakan pompa turbin, kata dia, teknologi tambahan yang digunakan untuk mengangkat air itu juga menggunakan pipa pesat (penstock) dari material kayu dengan diameter 60 cm.

"Pemilihan kayu sebagai material pipa nanti bisa dijadikan percontohan bagi daerah yang sulit mendapatkan pipa dari material logam," katanya.

(B015/H008)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014