Jakarta (ANTARA News) - Situasi pada awal pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan yang biasanya terjadi penurunan aktivitas kerja diperkirakan akan mempengaruhi volume transaksi saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan. "Dimulainya pelaksanaan puasa transaksi perdagangan diperkirakan menurun secara volume, namun indeks ada kecenderungan naik," kata Analis Riset PT Bapindo Bumi Sekuritas, Harry Kurniawan, kepada ANTARA, Minggu. Menurut Harry, dalam melakukan ibadah puasa banyak para investor mengurangi aktivitasnya, termasuk transaksi di lantai perdagangan bursa. "Biasanya pada permulaan bulan puasa para investor tidak banyak yang melakukan transaksi, sehingga akan berjalan agak sepi, sehingga diperkirakan pergerakan saham mendatar cenderung naik," tambahnya. Dia juga mengungkapkan bahwa saham yang mungkin bergerak adalah saham sektor ritel dan konsumer, akibat kecenderungan masyarakat yang konsumsinya meningkat menjelang hari raya Idul Fitri. Namun, lanjut Harry, saham tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Sektor ritel dan konsumer valuasinya (nilai) kecil sehingga dampaknya tidak terlau besar ke indeks BEJ. Mungkin sektor telekomunikasi yang akan mengangkat indeks, karena biasanya penggunaan SMS (Short Message Servises/jasa pesan singkat) meningkat pada hari raya," tegasnya. Walaupun berjalan lambat, Harry berkeyakinan IHSG masih memiliki potensi naik melanjutkan pergerakan positif selama sepekan ini yang kembali berada di level 1.500 yang merupakan titik tertinggi sejak 11 Mei 2006, dengan ditutup pada posisi 1.553,062. Selama sepekan lalu (18-22 September), IHSG ditutup menguat 45,12 poin ditutup pada level 1.510,825 dibanding pada penutupan pekan sebelumnya di posisi 1.465,70. Pergerakan indeks selama sepekan lalu terus bergerak positif hingga penutupan. Rata-rata volume perdagangan mencapai 1,308 miliar saham per hari atau naik dibanding pekan sebelumnya yang hanya mencapai 1,011 miliar saham per hari. Sedangkan nilai transaksi juga mengalami peningkatan, yakni Rp1,512 triliun per hari dibanding pekan sebelumnya Rp1,195 triliun per hari. Kenaikan IHSG tersebut dipengaruhi oleh keputusan bank sentral AS yang memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga `The Fed` dengan tetap di level 5,25 persen. Dengan tidak naiknya `The Fed` telah memberikan harapan besar para investor kepada Bank Indonesia akan melanjutkan penurunan BI-rate kembali. Dengan harapan itu telah mempengaruhi saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga, terutama sektor perbankan dan otomotif. Sektor perbankan merasa optimistis akan kinerjanya pada semester kedua, jika suku bunga kembali diturunkan, akan menambah keagresifan penyaluran kreditnya. Sementara sektor otomotif juga mendapat imbas dari penjualan kredit dan ini telah terbukti meningkatnya penjualannya pada Agustus lalu yang mengalami peningkatan setelah BI-rate diturunkan. (*)

Copyright © ANTARA 2006