Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Senin pagi, melemah mendekati level Rp9.200 per dolar AS menjadi Rp9.188/9.193 per dolar AS dibandingkan dengan posisi penutupan akhir pekan lalu pada level Rp9.160/9.175 atau turun sebanyak 28 poin. "Rupiah merosot hampir mencapai tingkat psikologis Rp9.200 per dolar AS, karena pelaku lokal tetap aktif membeli dolar AS ketimbang rupiah," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara, Yusuf, di Jakarta, Senin. Menurut dia, pasar saat ini didominasi aksi beli baik dari individu maupun perusahaan, sehingga rupiah kembali terpuruk. Pembelian dolar AS oleh perusahaan pada umumnya untuk membayar hutang kepada kreditor yang sudah jatuh tempo, katanya. Dia mengatakan tekanan terhadap rupiah juga terjadi karena pasar saham Asia terpuruk, akibat kekhawatiran pelaku pasar bahwa pertumbuhan ekonomi AS makin memburuk. Selain itu, ada isu yang menyebutkan bahwa bank sentral AS (The Fed) kemungkinan besar pada tahun depan akan segera menurunkan bunga AS, katanya. Meski saat ini harga minyak mentah dunia turun hingga dibawah level 60 dolar AS per barel seperti harga minyak ringan AS bulan Nopember turun 57 sen menjadi 59,98 dolar AS per barel, akibat membaiknya produksi ladang minyak AS. Merosotnya harga saham regional, menurut dia, akibat slow down ekonomi AS mengakibatkan indeks Nikkei Jepang turun 2,05 persen, indeks SP/ASX 200, Australia melemah 0,02 persen dan indeks Kospi, Korea Selatan 0,10 persen. Yusuf mengemukakan pergerakan rupiah meski cenderung merosot akhir-akhir ini dinilai masih stabil, apalagi para eksportir maupun importir lebih menyukai pergerakan pada level tersebut. Apalagi Bank Indonesia (BI) menyatakan pergerakan rupiah masih dalam tahap wajar, karena indikator ekonomi makro Indonesia cukup baik, dan tekanan yang terjadi saat ini berasal dari faktor eksternal, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006