Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah mengungkapkan bahwa sekitar 50 bank yang ada di Indonesia terlalu kecil asetnya, sehingga sulit bersaing. "Dari 130 bank yang ada di Indonesia, sekitar 50 bank terlalu kecil, sehingga sulit bersaing dengan bank-bank luar negeri, juga dengan bank dalam negeri. Apalagi bersaing di luar negeri," kata Burhanuddin dalam Rapat Kerja dengan komsi XI DPR RI di Jakarta, Senin. Dia mengatakan bahwa di Indonesia ada 150 bank, jumlah tersebut sangat besar. Jika 130 bank itu kuat, maka sangat baik, namun tidak seluruh bank kuat. Oleh sebab itu, konsolidasi bank adalah keharusan, tambahnya. Sebelum Paket Oktober (Pakto) 1988 terdapat 132 bank dan setelah Pakto diluncurkan bank tumbuh menjadi 240 bank. Namun setelah krisis jumlahnya berkurang sekitar 100 bank, sehingga sekarang ini tinggal 131 bank. Dia mencontohkan negara tetangga, seperti Malaysia hanya memiliki 10 bank, Jepang empat bank, Australia sekitar 4-6 bank, Thaland juga memiliki bank yang sedikit. Konsolidasi perbankan, katanya, dapat dilakukan dengan meningkatkan modal minimum menjadi Rp100 miliar pada 2010, mempersiapkan bank jangkar yang tidak mampu memenuhi modalnya serta bank-bank yang dimiliki satu pemilik dilakukan konsolidasi. Mengenai kondisi kinerja perbankan, Burhanuddin dalam penjelasan tertulisnya menyebutkan total kredit sampai akhir Juli mencapai Rp758,4 triliun meningkat Rp28,2 triliun dibandingkan Desember 2005 atau tumbuh 3,87 persen. Jumlah dana pihak ketiga dan total aset perbankan meningkat masing-masing mencapai Rp1.161 triliun dan Rp1.517,1 triliun. Dengan perkembangan tersebut rasio pinjaman terhadap simpanan dana pihak ketiga meningkat dari 64,7 persen pada Desember 2005 menjadi 65,3 persen pada Juli 2006. Target pertumbuhan kredit pada 2006 adalah 18-20 persen. Sementara itu kredit bermasalah (NPL) gross maupun net meningkat masing-masing dari 8,3 persen dan 4,8 persen per akhir Desember 2005 menjadi 8,9 persen dan 5,2 persen pada Juli 2006. "Ini menjadi perhatian bersama. NPL terjadi pada bank-bank tertentu," kata Burhanuddin. (*)

Copyright © ANTARA 2006