Manila (ANTARA News) - Tersangka gerilyawan komunis yang menyamar dengan menggunakan seragam paramiliter, menembak mati seorang wali kota Filipina, Senin, saat dia memimpin upacara pengibaran bendera di balai kota, kata polisi.

Sekitar 20 orang ambil bagian dalam serangan itu, menembak mati wali kota Carlito Pentecostes di kota utara, Gonzaga.

Petugas kemudian dikerahkan ke tempat kejadian tersebut, kata Direktur Kepolisian Regional Inspektur Kepala Miguel Laurel.

"Sepertinya Tentara Rakyat Baru (NPA). Bukti menunjukkan demikian. Itu modus operandi biasa mereka, menyamar dalam seragam kamuflase," katanya kepada AFP.

NPA dengan kekuatan 4.000 pejuang telah melancarkan pemberontakan selama 45 tahun di daerah pedalaman negara kepulauan Asia Tenggara itu dan telah menelan 30.000 korban, menurut perkiraan pemerintah.

Laurel mengatakan, orang-orang bersenjata melarikan diri di beberapa kendaraan, termasuk sebuah mobil patroli polisi.

Saat mereka melarikan diri, mereka menyebarkan selebaran "yang isinya adalah tentang penambangan pasir hitam dan bagaimana mereka akan menghukum orang-orang yang terlibat," katanya.

Pentecostes telah dituduh oleh para pegiat lingkungan bersekongkol melakukan penambangan pasir secara ilegal di daerahnya. Namun, Pentecostes membantah tuduhan tersebut.

Ia adalah anggota dari koalisi oposisi termasuk Wakil Presiden Jejomar Binay, kata Toby Tiangco, sekretaris jenderal partai.

Juru bicara Presiden Benigno Aquino mengutuk pembunuhan itu dan mengatakan penangkapan pembunuh itu akan menjadi prioritas.

Gonzaga, 412 kilometer utara Manila, di Provinsi Cagayan, tempat NPA aktif dalam beberapa bulan belakangan.

Pada Januari, mereka menyerbu perusahaan pertambangan pasir hitam di sana dan membakar alat-alat berat.

Pada April 2013 orang-orang bersenjata NPA melukai wali kota Ruth Guingona, istri mantan wakil presiden, dan membunuh dua pembantunya dalam serangan di pulau Mindanao selatan, demikian laporan AFP.

(H-AK)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014