Washington DC (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla memulai tradisi baru melakukan perjalanan dinas ke luar negeri dengan menggunakan pesawat komersial dan bukan dengan pesawat carter. "Saya ingin kembali ke khittah, menikmati suasana airport, naik pesawat bersama banyak orang, dan merasakan kerepotan pindah-pindah pesawat," katanya di Washington DC, Senin malam (Selasa pagi WIB), menjawab pertanyaan wartawan ANTARA, Akhmad Kusaeni, mengenai suka dukanya melakukan perjalanan dinas ke luar negeri dengan pesawat komersial. Rombongan Wapres berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada Jumat malam (22/9) pukul 23.40 dengan pesawat komersial Garuda GA 880 menuju Tokyo, Jepang. Tiba di Bandara Narita, Jepang, Sabtu paginya pukul 08.50. Sebagaimana penumpang lainnya, Wapres naik bus yang membawa rombongan ke tempat transit. Orang nomor dua di Republik Indonesia itu harus menunggu lebih dari dua jam sampai pesawat All Nippon Airlines (ANA) 002 lepas landas menuju Washington DC. Tiba di Bandara Dulles, Washington DC, pada pukul 10.45 pada hari yang sama. Meskipun melalui jalur khusus karena menjadi tamu kenegaraan, rombongan Wapres tak luput diperiksa dengan teliti, bahkan cenderung ketat, oleh petugas bandara satu per satu. "Soal perjalanan dengan pesawat komersial seperti itu hal yang biasa saja," komentar Wapres. Dengan demikian, katanya, ia bisa membanding-bandingkan bagaimana rasanya terbang menggunakan pesawat negara lain. "Kalau saya terus naik pesawat Garuda, kapan saya tahu Garuda baik atau jelek, kan? Kalau kita pakai All Nipon, kita tahu, oh All Nipon begini. Kalau kita hanya naik Garuda, sekarang ini kita pikir sudah the best(terbaik, red) . Lalu kita seperti katak dalam tempurung," ujarnya. Di samping itu, lanjut Wapres, yang dikenal bersahaja itu, tentu perjalanan dengan pesawat komersial lebih murah. "Pokoknya, hemat, lebih murah, bahkan sangat murah," katanya. Ketika ditanya berapa besar biaya bisa dihemat bila menggunakan pesawat komersial, Wapres tidak mau menyebut angka pasti. Namun, menurut informasi yang belum diverifikasi, biaya satu hari menggunakan pesawat carter sekitar Rp2,7 miliar. Kalla mengingatkan bahwa jika memakai pesawat carter, maka enam hari kunjungan dinas di Amerika, lima hari pesawat itu harus parkir. "Sewa tempat di airport berapa ongkosnya. Berapa krunya, sekitar 30-an orang, harus dibayar? Berapa kerugian akibat pesawat menganggur tidak beroperasi," kata Wapres yang berlatar belakang pengusaha itu. Jangan bandingkan Kalla tidak ingin dibandingkan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Janganlah saya dibandingkan dengan Presiden. Presiden itu kepala negara, saya bukan. Beliau membawa lambang negara yang sangat tinggi. Kalau saya sebagai Wakil Presiden itu hanya membantu beliau untuk melaksanakan pemerintahan," katanya. "Jadi saya tidak harus. Kalau Presiden harus menggunakan pesawat kepresidenan karena membawa negara dan lambang negara. Saya juga membawa lambang negara, tetapi tidak sebesar lambangnya Presiden. Jadi tidak masalah, kalau saya pakai pesawat komersial," katanya sambil tersenyum. (*)

Copyright © ANTARA 2006