Slavyansk,Ukraina (ANTARA News) - Rusia memerintahkan pelatihan-pelatihan militer baru di perbatasan Ukraina, Kamis dan memperingatkan bagi "konsekuensi-konsekuensi" setelah Kiev melancarkan serangan terhadap pemberontak pro-Kremlin yang menduduki kota Slavyansk.

Tetapi presiden Ukraina berikrar akan terus melakukan operasi militer, mendesak Rusia "menghentikan campur tangan" di bekas republik Sovyet itu, dan mengumumkan bahwa Kiev tidak akan menyerah pada "ancaman teroris".

Ketegangan-ketegangan meningkat yang menyebabkan harga minyak naik, sementara Presiden AS Barack Obama,yang menggelar pasukan untuk memperkuat pertahanan NATO di negara-negara Eropa timur, menuduh Rusia mengingkari satu perjanjian untuk meredakan krisis.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sebaliknya mengecam AS dan Uni Eropa "karena "berusaha menggunakan Ukraina sebagai satu pion dalam satu permainan geopolitik".

Sekjen PBB Ban Ki-moon memperingatkan krisis itu bisa "berada di luar kendali" dan mendesak semua pihak "menahan diri dari aksi kekerasan".

Di Slavyansk, satu kota Ukraina timur yang dikuasai pemberontak,beberapa kendaraan lapis baja yang didukung pasukan komando tiba setelah suara tembakan di daerah pinggirannya, kata para koresponden AFP di kota iu.

Kendaraan-kendaraan itu mundur hanya beberapa jam kemudian, yang meninggalkan pemberontak yang telah mundur, kembali menguasai sepenuhnya kota itu.

Tidak ada alasan diberikan bagi penarikan itu, tetapi pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka ingin menghindarkan jatuhnya korban di kota itu di mana mereka mengatakan para warga sipil digunakan sebagai "perisai-perisai manusia".

Kementerian dalam negeri Ukraina mengatakan lima anggota milisi tewas dalam serangan itu, tetapi pemberontak mengatakan hanya dua anggota mereka yang tewas.

Kementerian pertahanan mengatakan satu pangkalan militer di Attemivsk juga memukul mundur serangan oleh sekitar 100 separatis. Seorang tentara cedera.

Dan di kota pelabuhan Mariupol, Menteri Dalam Negeri Asen Avakov mengatakan pasukan khusus telah menguasai kembali balai kota yang diduduki tanpa ada korban.

Aksi kekerasan Kamis itu adalah terburuk sejak satu perjanjian dicapai di Jenewa antara Kiev, Moskow dan Barat yang bertujuan untuk meredakan ketegangan.

Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkaan bahwa akan ada "konsekuensi-konsekuensi" bagi serangan terhadap Slavyansk.

"Jika Kiev benar-benar mulai menggunakan militer terhadap penduduk negara itu .. itu adalah satu kejahatan serius terhadap rakyatnya sendiri," katanya.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengklaim bahwa Ukraina telah memobilisasi 11.000 tentara, 160 tank dan geng-geng garis keras terhadap warga sipil yang damai".

"Jika mesin perang ini tidak dihentikan sekarang, itu dapat menimbulkan korban jiwa dan cedera," katanya, sementara Moskow memerintahkan batalyon-batalyon taktis di antara sekitar 40.000 tentara digelar di perbatasan Ukraina, untuk melakukakan satu "pelatihan" baru menanggapi serangan itu, demikian AFP.

(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014